Inilah Pengapuran Tanah Pertanian

Pengapuran ialah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dengan menambahkan kapur kedalam tanah. Tujuan utama dari pengapuran ini ialah untuk meningkatkan pH dari pH masam menjadi pH netral. Pada pH tanah yang masam, banyak unsur hara (misalnya: N, P, K, Ca, Mg) yang tidak tersedia bagi tumbuhan alasannya ialah pada pH rendah unsur tersebut rusak. Hanya unsur Fe dan Al (unsur mikro) yang tersedia pada tanah masam. Maka diharapkan, dengan pengapuran akan meningkatkan pH menjadi netral, dimana pada pH netral banyak unsur hara yang sanggup tersedia bagi tanaman. 

(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)

Ada aneka macam jenis kapur yang sanggup digunakan untuk pengapuran lahan pertanian. Jenis kapur tersebut antara lain:

1. Kapur giling = kapur Super, kalsit kelas 1 (CaCO3)

Kapur giling menduduki kelas utama dalam pengapuran lahan pertanian. Bahan aslinya terutama mengandung CaCO3 atau MgCO3 yang sanggup mengubah keasaman tanah.

2. Kapur tohor = kapur hidup, kalsit kelas 2 (Quicklime)

Kapur giling atau materi lain yang kaya CaCO3 dipanasi dengan suhu tinggi, terbentuk CO2 dan kapur hidup. Kapur hidup ini terutama terdiri dari CaO jikalau yang digunakan materi berkadar Ca tinggi. Kadang-kadang kapur hidup juga masih mengandung MgO bentuk kapur ini biasanya tepung halus, tapi sanggup juga mengandung beberapa gumpalan empuk (soft lumps). Bila dicampur air, membentuk kapur mati. Bila tersentuh udara, kapur hidup lambat menyerap air dan CO2 untuk membentuk adonan kapur mati dan CaCO3 yang disebut kapur mati udara. 

3. Kapur dolomit CaMg(CO3)2

Kapur yang mengandung MgCO3 kira-kira sama dengan kandungan CaCO3 disebut dolomit. Tektur dan kekerasan kapur dolomit bervariasi, tetapi setela digiling tepat sanggup bekerja (bereaksi) baik dengan tanah bila tidak terlalu banyak mengandung unsur lain. Dolomit sudah umum diperdagangkan sebagai pupuk, alasannya ialah kandungan Mg disamping Ca. Fungsinya sebagai penambah unsur menyerupai halnya pada pupuk gypsum. Selayaknya koreksi terhadap keasaman pada tanah kurus dimulai dengan derma kalsit, kemudian diikuti dengan dolomit untuk menambah daya guna lahan.

4. Kapur mati = slaked lime, Hydrated lime Ca(OH)2

Bahan ini diperoleh dengan menyiramkan air pada kapur mentah (kapur hidup) yang kemudian biasa diperdagangkan sebagai kapur untuk mengapur tembok. Kapur mati lambat mengambil dari CO2 udara. Penyerapan CO2 dan air oleh kapur hidup dan CO2 oleh kapur mati tidak mengurangi nilai materi untuk pengapuran, hanya saja untuk mendapat berat tertentu CaO diharapkan kapur mati dalam jumlah besar.

5. Kapur liat = Napal, Marl

Marl ialah butiran atau butir lepas, seringkali tak murni, CaCO3 yang berasal dari cangkang hewan maritim atau terbentuk dari presipitasi CaCO3 dari perairan danau kecil atau kolam. Secara umum marl diartikan sebagai CaCO3 yang lunak dan tidak tahan lapuk dan biasanya tercampur dengan lempung dan kotoran lain. Istilah ini juga digunakan untuk hamper semua materi yang tinggi kadar kapurnya menyerupai beberapa tanah liat berkapur. Marl biasanya hamper semuanya CaCO3 murni, tapi kadang kala mengandung tanah liat, abu atau materi organic yang tinggi. Marl sering digali dalam keadaan berair dan sukar dihampar diatas tanah, kecuali sebelumnya dibiarkan kering. Penyebaran marl tidak seluas kapur giling, dan penimbunannya jauh kurang ekstensif tapi terdapat di banyak pantai.

Penggalian marl sederhana. Marl sering terdapat di bawah tanah berat yang harus disingkirkan dahulu memakai alat berat menyerupai bulldozer. Kemudin permukaan bedeng dipecah dengan bajak cakram atau traktor, kemudian dikeringkan atau eksklusif dumuat ke dalam truk. Pembajakan kadang kala dilakukan untuk meng-aerasi lapisan permukaan sehingga cepat kering. Biasanya marl tidak digiling atau ditapis.

(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)

6. Kapur tulis = kapur halus, Talk, Chalk, Ca(HCO3)2

Batuan ini merupakan materi CaCO3 yang lunak dan baik untuk pengapuran. D Inggris, materi ini banyak digunakan namun di Indonesia, belum lazim. Kapur tulis harus digiling sebelum digunakan, tapi alasannya ialah gampang pecah, hanya dibutuhkan sedikit tenaga.

7. Kapur bara = slag

Hasil samping industry besi ini digunakan sebagai materi pengapuran di tempat akrab udara panas setempat. Kapur bara ini berbeda dengan kebanyakan jenis kapur lain dalam hal kandungan Cad dan Mg, dan juga mengandung silikat contohnya berbeda pula dengan CO3 atau oksida menyerupai kapur giling atau kapur tohor. Pemakaiannya sama efektifnya dengan kapur giling yang seukuran.

Kapur bara dihasilkan dalam dua bentuk yaitu yang diudara-dinginkan, sehingga harus digiling sebelum digunakan dan berbutir yang hampir semua penghalusan partikel penting disempurnakan pada proses granulasi (pembutiran). Bentuk kedua ini biasanya lebih cepat beraksi dengan tanah. Seperti alnya kapur dolomit, kapur bara mengandung Mg dan mengakibatkan Mg tersedia bagi tanaman. Kapur bara dasar (basic slag) yang juga hasil samping industry besi dan logam terutama digunakan untuk menambah unsur P pada tanaman, tetapi juga mempunyai kegunaan sebagai materi pengapuran.

Kapur bara yang mengandung  CaSi2O5, sanggup juga dijadikan materi pengapuran. Kandungan Mg-nya amat sedikit dan P-nya juga rendah.

8. Kulit hewan dan lain-lain

Kulit kerang giling dan cangkang hasil maritim lainyya kaya akan CaCO3. Bila digiling halus, kulit hewan itu akan bermetamorfosis materi biro pengapuran yang efektif.

(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)

Referensi:

Kuswandi. 2005. Pengapuran Tanah Pertanian: Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.