Inilah Analisis Algae Dan Protozoa Dari Alam
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/02/inilah-analisis-algae-dan-protozoa-dari.html
TINJAUAN PUSTAKA
1. Algae
Algae sanggup dimanfaatkan sebagai materi biodiesel algae yang dipakai biasanya yaitu algae hijau unisellular yang hidup di habitat air. Algae jenis ini yaitu organisme eukaryotik fotosintetik, ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan kepadatan populasi yang tinggi. Dalam kondisi baik, ganggang hijau sanggup menjiplak biomassanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Selain itu, ganggang hijau juga mempunyai kandungan lipid yang besar, seringkali lebih dari 50%. Kandungan lipid dan kepadatan biomassa yang tinggi sangat ideal untuk dibudidayakan secara intensif dan bisa jadi merupakan sumber yang sangat baik untuk produksi biodiesel (Champbell 2008).
Ukuran badan (thalus) algae berkisar dari bentuk mikroskopik yang berenang-renang di permukaan air atau disebut pula bentuk nonmotile (misalnya nanoplankton dan benthos) hingga macroskopik (benthic). Namun, Kebanyakan algae hijau berukuran mikroskopik. Struktur thalusnya juga kompleks dari bentuk nonmotile yang uniseluler hingga bentuk filamen, bentuk koloni, dan yang mempunyai morfologi yang bercabang. Bentuk uniselular contohnya pada genus Loricas, sedangkan bentuk koloni contohnya pada Volvox (Lewis dan Richard 2004).
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti sebagai antibakteri, anti tumor, antikanker atau sebagai reversal agent dan industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungi-sida dan herbisida. Kemampuan alga maritim untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau dipakai untuk mempertahankan diri dari bahaya predator. Hasil pengujian in vitro maupun in vivo menunjukkan bahwa biotoksin aktif yang diisolasi dari alga maritim Fucur vesiculosus dan Archidoris pseudoargus mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan kuman S. aeureus dan Streptococcus sp (Dali et al. 2011).
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
2. Cyanobacteria
Cyanobacteria mempunyai karakteriktik mirip kuman namun mempunyai kemampuan untuk memakai cahaya matahari untuk memecah air menjadi oksigen (fotolisis), yang akan dipakai dalam fotosintesis. Beberapa cyanobacteria juga bisa mereduksi gas dinitrogen dari atmosfer menjadi amonium (fiksasi N2), menimbulkan mereka hanya membutuhkan kebutuhan nutrisi yang sederhana yaitu hanya udara, air, nutrisi anorganik sedikit, dan cahaya. Fiksasi nitrogen terjadi dalam sel-sel khusus yang berbeda yang disebut sel heterosit, dan fotosintesis berlangsung di sel lain yang disebut sel vegetatif (Meeks dan Jeff 2002).
Cyanobacteria yaitu organisme yang mempunyai karakteristik kuman dan algae, sehingga kadang dianggap sebagai organisme peralihan. Cyanobacteria mempunyai keiripan dengan algae terutama pada ukuran tubuhnya yang mirip algae, dan tak sama mirip kuman pada umumnya, mereka mempunyai pigmen hijau-biru dan pigmen hijau yang sanggup menciptakan mereka bisa melaksanakan fotosintesis. Oleh lantaran kandungan pigmennya ini, mereka disebut juga sebagai ganggang hijau biru (meskipun sebetulnya warna hijau lebih lebih banyak didominasi muncul daripada warna biru). (Kurmayer et al. 2002).
Kebanyakan cyanobacteria yaitu organisme aerobic yang bisa memproduksi O2 dari fotosintesis. Pada kondisi aerob, sel vegetatif melaksanakan fotosintesis O2 dan fiksasi CO2 sedangkan penambatan nitrogen pada sel lain, yakn sel heterosit. Diferensiasi sel vegetatif pada cyanobacteria dilakukan melalui prosedur pembelahan sel. Sel vegetatif menyumbangkan sukrosa ke sel heterosit sebaliknya sel heterosit menyumbangkan glutamin untuk fiksasi N2 (Bothe et al. 2010).
3. Azolla
Azolla berasal dari kata Yunani azo (kering) dan allyo (membunuh) yang berarti bahwa tumbuhan mati saat mengering. Genus Azolla termasuk didalam family Salvinaceae ordo Salviniales. Namun taksonomi kini menempatkannya termasuk dalam famili Azollaceae. Ada tujuh atau delapan yang masih ada dan lebih dari empat puluh fosil spesies Azolla yang diketahui. Genus ini lebih dikategorikan menjadi dua sub-genus Euazolla dan Rhizosperma. Euazolla ditandai dengan tiga megaspore yang mengapung dan meliputi lima spesies gres yaitu A. carolininia, A. filiculoides, A. mexicana, A. microphylla dan A. rubra. Sub genus Rhizosperma terdiri dari dua spesies usang yaitu A. pinnata dan A. nilotica
(Raja et al. 2012).
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
Salah satu teknologi dalam pertanian organik atau pertanian yang ramah lingkungan dalam rangka mengatasi yaitu dengan memakai Azolla baik dengan cara diinokulasikan maupun sebagai tumbuhan pendamping bagi tumbuhan pokok. Azolla yaitu tumbuhan air mini yang bisa memfiksasi N dari udara. Jika Azolla yang mempunyai kandungan N yang tinggi tersebut telah tumbuh dan menutup seluruh permukaan air (kira-kira 28 hari) pada lahan sawah, sebanyak 30 kg N/ha akan disumbangkan oleh Azolla ke dalam lahan sawah, serta kehilangan N pupuk buatan lewat volatilisasi dan anutan air permukaan (run off) sanggup dihambat (Nurmayulis et al. 2011).
Asosiasi Azolla-Anabaena sangat penting dalam pertanian lantaran kemampuannya untuk fiksasi nitrogen dari atmosfer dengan lebih cepat sehingga menciptakan nitrogen tersedia untuk tanaman. sistem kemampuan fiksasi nitrogen ini disebabkan adanya simbiosis cyanobacterium Anabaena azollae yang mendiami lobus dorsal daun. Hal ini penting lantaran membantu dalam pengayaan dan memelihara kesuburan tanah dan dengan demikian memperlihatkan keberlanjutan ekologis dalam jangka panjang (Raja et al. 2012).
4. Protozoa
Klasifikasi protozoa dan mikroorganisme lainnya di atas tingkat organisasi dari kuman selalu bergantung pada mikroskop lantaran ukuran panjang badan yang umumnya hanya berkisar dari satu mikrometer hingga satu atau dua milimeter. Kemajuan dan pengembangan pengetahuan wacana mikroorganisme telah banyak membantu mengenal mikroorganisme eukariotik secara umum, dan membantu pula dalam penjabaran taksonomi pada protozoa. Kategori-kategori umum diakui yaitu bentuk moeboid (Sarcodina), bentuk flagellata (Mastigophora, termasuk kelompok autotrophic - atau fotosintesis- serta spesies heterotrofik), bentuk bersilia (Ciliophora), dan banyak sekali bentuk hasil simbiosis dan bentuk benalu (terutama membentuk spora spesies yang biasanya endoparasit, beberapa sangat patogen kepada inangnya, yang disebut Sporozoa, takson tingkat tinggi yang kemudian menjadi dibagi menjadi Sporozoa dan Cnidosporidia) (Corlis 2001).
Beberapa decade terakhir, perkara akhir protozoa benalu sering muncul terutama akhir air yang terkontaminasi atau melalui makanan. Jenis protozoa yang paling banyak dibahas sebagai protozoa benalu pada kuliner ialah Cryptosporidium, Cyclospora, Giardia, dan Toxoplasma. Meskipun ada pula protozoa benalu yang lain yang bisa menyebar lewat kuliner dan minuman, namun yang resiko dan kemunculannya lebih tinggi ialah pada keempat jenis protozoa tersebut (Dawson 2005).
Pada bidang peternakan, adanya mikroorganisme mirip protozoa dan kuman akan membantu proses pencernaan pakan secara fermentatif di dalam rumen. Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen yaitu cilliata meskipun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen dan anaerobik mikroorganisme. Cilliata juga mampu memfermentasi hampir seluruh komponen tanaman yang terdapat didalam rumen seperti: selulosa, hemiselulosa, fruktosan, pektin, pati, gula terlarut dan lemak. Selain itu ciliata/protozoa juga menelan partikel-partikel pati sehingga memperlambat terjadinya fermentasi (Dudung et al. 2013).
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)