Inilah Budidaya Cabai
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/02/inilah-budidaya-cabai.html
Tanaman Cabai (capsicum annuum L.) ialah tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Di indonesia tumbuhan tersebut dibudidayakan sebagai tumbuhan semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Namun demikian, syarat-syarat tumbuh tumbuhan cabe harus dipenuhi biar diperoleh tumbuhan yang baik dan hasil buah yang tinggi. Potensi hasil cabe merah sekitar 12-20 t/ha.
Untuk keberhasilan dalam perjuangan tani cabe merah selain dibutuhkan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan menyerupai syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam, cara pengendalian OPT dan penanganan pasca panen. Tanaman cabe memiliki daya pembiasaan yang cukup luas. tumbuhan ini sanggup diusahakan di daratan rendah maupun dataran tinggi hingga ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan di dataran tinggi lebih lambat. Suhu udar yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan cabe merah ialah 25-27 C pada siang hari dan 18-20 C pada malam hari (wein 1997).
Suhu malam dibawah 16 C dan suhu siang hari diatas 32 C sanggup menggagalkan pembuahan, Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendah mengakibatkan transpilasi berlebihan, sehingga tumbuhan kekurangan air. Akibatnya bunga dan buah muda akan gugur, Pembungan tumbuhan cabe tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari.
Curah hujan yang tinggi atau iklim yang berair tidak sesuai untuk pertumbuhan tananam cabai. Pada keadaan tersebut tumbuhan akan gampang terjangkit penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan, yang sanggup mengakibatkan bunga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk tumbuhan cabe ialah sekitar 600-1200 mm per tahun.
Cahaya matahari sangat dibutuhkan semenjak pertumbuhan bibit hingga tumbuhan berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktuyang cukup lama, masa pembungaan cabe terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat.
Tanaman cabe sanggup tumbuh dalam banyak sekali jenis tanah, sal drainase dan aerasi tanah yang cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabe merah ialah tanah yang gempur, remah, mengandung cukup banyak organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman (Ph) tanah yang sesuai ialah 6-7.
Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 C sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan cabe merah. Temperatur tanah yang rendah akan menghambat pengambilan ungsur hara oeh akar.
Walaupun cabe merah sanggup ditanam hampir di semua jenis tanah dan tipe iklim yang berbeda. Tetapi menanamnya yang luas banyask dijumpai pada jenis tanah mediteran dan aluvial tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan berair dan 4-6 bulan kering) (suwandi et al. 1995).
Lahan
Dalam perjuangan intensifikasi cabe merah yang menitik beratkan pada penggunaan pupuk perlu diketahui keadaan lahan atau tanah dimana cabe merah akan ditanam, yaitu jenis tanah, kemasan tanah, perbaikan fisik tanah, dan kebutuhan hara bagi tanaman.
Jenis Tanah
Secara umum, lahan di indonesia dibedakan menjadi daerah yang beriklim bsah dan beriklim kering. Lahan didaerah yang beriklim berair didominasi oleh tanah masam akhir pembersihan yang intensif, menyerupai podzolik merah-kuning, latosol, andisol, dan aluvial. Tanah-tanah tersebut umumnya miskin unsur hara dengan pH masam (kecuali tanah aluvial), dan rendah kadar materi organiknya (kecuali tanah andisol), lahan di daerah yang beriklim kering didominasi oleh tanah alkalin dan glumosol seprti tanah mediteranan.
Secara umum tanah yang beriklim kering dari pada tanah beriklim basah, karna kandungan hara dan basa cukup tinggi, dengan pH netral. Namun kandungan materi organik, hara S, hara mikro (Cu dan Zn) umumny rendah, lahan sawah hampir terdapat pada setiap jenis tanah, tetapi luas dan kondisinya tergantung pada ketersediaan hujan. Kebanyakan lahan sawah terdapat pada jenis tanah aluvial. Kendala kesuburan pada lahan sawah terutama kesediaan fosfat (P) , sementara unsur Ca, Mg dan K umumnyacukup tinggi (karama et al. 1996).
Berdasarkan luas areal penanamnya, lahan paling ocok untuk tumbuhan cabe merah di indonesia dijumpai pada jenis tnah mediteran dan aluvial dengan iklim D3/E3, yaitu 0-5 bulan berair dan 4-6 bulan kering (nurmalinda dan suwandi 1992).
Keasaman Tanah dan Pengapuran
Kemasaman (pH) tanah menghipnotis ketersedian hara bagi tanaman. Pada pH netral (6,5-7,5) unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukupbanyak (optimal). Pada pH <6,0 ketersediaanhara P, K, Ca, S dan Mo menurun dengsn cepat . pada pH>8 ketersediaan hara n, Fe, Mn, Bo, dan Zn relatif sedikit.
Cabai merah memiliki toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dan sanggup tumbuh baik dalam kisaran pH tanah antara 5,5 – 6,8. Pada pH > 7,0 tumbuhan cabe merah sering kali membuktikan tanda-tanda klorosis, yakni tumbuhan kerdil dn daun menguning lantaran kekurangan hara besi (fe). Pada pH < 5,5 tanamn cabe merah juga akan tumbuh kerdil lantaran kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan Al dan Mn (knott 1962).
Pada tanah masam (pH <5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan kaptan atau dolomit dengan takaran 1-2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengapuran dilakukan 3-4 ahad sebelum tanam, dengan cara menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah kemudian kapur dantanh diaduk. Pada tanah masam disarnkan tidak memakai pupuk yang bersifat asam menyerupai Za dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah masam ialah Calsium Amoniun Nitrate(CAN). Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya jikalau dipakai pada tanah Alkalin.
Perbaiki Sifat Fisik Tanah
Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen, yaitu masa padatan, air dan udara, masaing-masing dengan volume sepertiga bagian.keadaan ini akan menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktifitas biologi tanah yang cukup baik. Perbaikan sifat fisik tanah antara lain sanggup dilakukan pengolahan tanah dn sumbangan bahn organik. Bahan organik memiliki sifat mengurangi kepadatan tanah berat (tanah liat) dan meningkatkan daya tahan airbagi tanah ringan (tanah pasir), tanah yang berpasir sekurang-kurangnya harus mengandung materi organik 4% (C-organik 2%), dan untuk tanah liat diperkirakan harus mengandung materi organik 2% (C-organik 1%).
Kebutuhan Unsur Hara
Lahan dengan kesuburan kimia yang kurang baik tidak merupakan faktor pembatas yang serius dalam kebijaksanaan daya cabe merah, lantaran penggunaan pupuk orgranik dan pupuk buatan relatif mudah. Hal yang tidaak menguntungkan ialah adanya sumbangan pupuk yang berlebihan, dan tidak berimbang. Sering dijumpai petani yang menawarkan pupuk secara berlebihan (terutama pupuk N) dengan maksud mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya, tetapi pada kenyataanya hsailnya tidaj selalu memuaskan. Penggunaan pupuk yang berlebihan aapat menimbulkan tumbuhan rentang terhadap hama dan dan penyakit, serta sanggup menurunkan kualitas tanah.
Untuk menghasilkan buah banyak 21 t/ha,tanaman cabaai merah harus menyerap unsur hara N sebanyak 70 kg/ha, P2o5 16 kg/ha, dan K2O 92 kg /ha (IFA world fertiliser use manual, 1992 cit. Sutarya et al. 1995). Bila efisiensi serapan N diperkirakan 60%, P 40% danK 70%, maka pupuk N yang perlu diberikan ialah 70 kg /0,6 = 117 kg, P2O5 ialah 16 kg/ 0,4= 40 kg, dan K2O adakah 92 kg/ 0,7 =131 kg per ha. Kebutuhan pupuk tersbut bervariasi tergantung pada jenis lahan, varietas, dan waktu tanam.
PERSIAPAN LAHAN
Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma, sehingga akar-akar tumbuhan sanggup tumbuh dan berkembang dengan leluasa (hilman dan suwandi 1992). Untuk keperluan tersebut dibutuhkan tindakan-tindakan pengoahan tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan garitan-garitan, persiapan lahan untuk lahan kering dan sawah diuraikan sebagai beikut :
Lahan Kering / Tegalan:
Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm hingga gempur.
Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm.
Dibuat garutan-garitan dan lubang-lubang tanam dengan jarak(50-60 cm) x (40-50 cm). Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.
Lahan Sawah:
Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antar bedengan dibentuk parit sedalam 50 cm dan dan lebar 50 cm.
Tanah di atas bedengan di cangkul hingga gempur.
Di buat lubang-lubang tanam dengan jarak 50 x 40 cm.
Benih cabe merah disebar merata pada bedengan dan ditutup tipis dengan tanah halus, kemudian ditutupi lagi dengan daun pu\isang tau tripleks. Temperatur yang baik untuk perkecambahan benih cabe merah ialah 24-28 C (Tabel 2). Setelah benih berkecambah ±7-8 hari semenjak semai, tutup daun pisang atau tripleks dibuka. Selanjutnya sesudah terbentuk 2 helai daun ±12-14 hari semenjak semai, bibit dipindahkn kedalam bumbungan daun pisang yan berisi media yang sama, yaitu canpuran tanah halus dan pupuk sangkar steril (1:1), yang telah diberi inokulasi mikoriza (Glomus sp.) sebanyak 10 g per bibit.
Pembubungan bibit sanggup mengurangi kerusakan akar an keterkejutan bibit jikalau dipindahkan ke lapangan. Bibit yang dibumbung sanggup lebih cepat menyesuaikan diri dan tidak gampang mati seteah dipindahkan ke lapangan dibandingkan dengan bibit yang tiak dibubumbug (sistem cabutan) (kusumaindrawati 1997; Vos 1995).
Aplikasi cendawan mikrodiza pada media persemian sangat bermanfaat, karna disamping sanggup mempercepat laju pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan tumbuhan di persemaian, juga sanggup meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tumbuhan dilapangan.
Cendawan mikoruza tersebut bersimbiose dengan perakaran tumbuhan cabe membentuk hifa sebagai kepanjangan dari akar dan memegang peranan penting dalam peresapan unsur hara, terutama unsur P, sebagai imbalanya jamur tersebut akan memperoleh hasil fotosintesis dari tumbuhan cabe merah (hidayat et al. 2003).
Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari. Bila terlalu banyak air, bibit menjadi lemah dan peka terhadap jamur damping off. Setelah ibit tumbuh dengan baik , tanah harus tetap lembab. Oleh karna itu penyiraman harus terus dilakukan tetapi tidak terlalu sering. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari, supaya daun tnaman an permukaan tanah menjadi kering sebelum malam hari untuk mencegah terjadinya damping –off.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan ibit hingga dipindah ke lapangan ialah 22-25 C. Penyiangan gulma dilakukan dengan tangan secra hati-hati tanpa mengganggu perakaran. Bila terlihat adanya serangan hama atau penyakit dilakukan eradiksi selektif, yaitu memusnahkan bibit yang terserang.
Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan penguatan bibit (hardening) dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit mendapatkan langsuns sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Selama penguatan, proses pertumbuhan bibit menjadi lebih lambattetapi jaringan menjadi lebih kuat. Penguatan bibit berlangsung ±7 hari (knott dan daenon 1970).
Bibit yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan ialah bibit yang berumur 3-4 ahad semenjak dibumbung. pada umur tersebut bibit sudah membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi bibit antara 5-10 cm (kusumaindrawati 1997; sunu 1998).
SISTEM TANAM
Sistem penanaman cabe merah bervariasi,tergantung pda jenis ketingian dan tempat. Pada lahan sawah betekstur berat (liat), sistem tanam 2-4 baris tumbuhan setiap bedengan lebih efisien. Pada lahan kering bertekstur sedang hingga ringan lebih cocok dengan sistem1 atau 2 baris tumbuhan setiap bedengan (double row) menyerupai yang biasa dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi.
Cabai merah selain ditanam secara monokultur, juga sanggup ditanam secara tumpanggilir/tumpangsari dengan tumbuhan lain. Di dataran rendah, cabe merah sanggup ditanam secara tumpanggilir dengan bawang merah. Tanaman bawang merah ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm, satu bulan sebelum penanaman cabe merah.
Setelah bawang merah dipanen, dilakukan pengguludan tumbuhan cabai. Di dataran tinggi, cabe merah sanggup ditumpangsarikan dengan 12 jenis tanaman, antara lain tumbuhan kubis dan tomat.
Penanaman tomat dan kubis dilakukan atu ulan sesudah tanam cabe merah. Penanaman cabe merah secara tumpanggilir/tumpangsari dengan tumbuhan lain bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen karna serangan hama dan penyakit (tabel 3).