Loading...

Inilah Laporan Teknologi Budidaya Tanaman (Tbt)

A.    Persiapan Lahan

Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya yakni tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan berair target yang ingin dicapai yakni lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Alat untuk pengolahan tanah mulai yang tradisional hingga modern (Ariyanti 2011).

Pengolahan tanah di tingkat petani umumnya dilakukan dengan mengolah tanah secara intensif hingga gembur pada seluruh permukaan tanah setiap akan menanam dan biasanya dilakukan 2-3 kali pembajakan baik dengan bajak mesin maupun ternak. Cara pengolahan tanah tersebut disebut pengolahan konvensional (conventional tillage). Cara pengolahan tanah secara konvensional menyerupai demikian sanggup membantu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara optimal, tetapi dampak positif tersebut hanya sementara, lantaran untuk jangka panjang akan berdampak negatif terhadap produktivitas lahan dan tumbuhan (Rosliani et al 2010). 
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
Pemberian pupuk dikala pengolahan tanah perlu diperhatikan. Hal ini untuk menjaga supaya tanah tidak mengalami kekahatan hara, lantaran hara sangat diharapkan bagi pertumbuhan perkembangan tumbuhan yang baik supaya hasil yang diperoleh sanggup mencapai maksimum. Pemupukan yang diberikan sebelum bibit ditanam diharapkan sanggup merangsang pertumbuhan awal bibit yang natinya ditanam (Pudjogunarto 2011).

Pengolahan tanah pada umumnya bertujuan untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah supaya  pertumbuhan akar dan absorpsi zat hara oleh tumbuhan sanggup berlangsung dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak sebanyak dua kali sedalam 15-20 cm, kemudian digaru dan diratakan, dibersihkan dari sisa tumbuhan dan gulma, kemudian dibentuk bedengan selebar 3-4 meter. Antar bedengan dibentuk saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar 20 cm. Jika tanah sudah gembur, cukup dilakukan penyemprotan dengan herbisida untuk membersihkan gulma, kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanam (Suryadiningrat 2012).

Persiapan lahan untuk tumbuhan jagung tidaklah begitu rumit lantaran jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar sanggup tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang sanggup ditanami jagung antara lain ialah andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih sanggup ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu yakni yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % pun sanggup ditanami jagung, lantaran disana kemungkinan terjadinya abrasi tanah sangat kecil. Sedangkan kawasan dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu (Putro 2012).

B.    Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
Daya  berkecambah  merupakan  salah  satu  perameter  mutu  benih  yang  sangat  penting. Waktu atau hari pengamatan daya berkecambah sesuai pola metoda ISTA (International Seed Testing Association) ada beberapa kali. Pada metode ini, hitungan awal perkecambahan ditentukan menurut nilai puncak kecepatan berkecambah, yang kemudian dibentuk grafik korelasi kecepatan berkecambah dengan periode perkecambahan benih.  Hitungan awal merupakan titik puncak/nilai maksimal kecepatan berkecambah. Hitungan tamat diperoleh dengan menghitung daya berkecambah komulatif.  Hitungan tamat merupakan puncak perkecambahan (peak germination) yang diperoleh dari titik singgung garis tangensial dengan kurva perkecambahan kumulatif pada grafik korelasi daya berkecambah kumulatif dengan periode perkecambahan (Humandini 2010).

Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang mempunyai daya kecambah tinggi. Daya berkecambah suatu benih sanggup diartikan sebagai mekar dan berkembangnya pecahan – pecahan penting dari suatu embrio suatu benih yang memperlihatkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang sanggup atau bisa berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).

Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jikalau diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Kondisi keseragaman genetik benih menimbulkan tumbuhan yang bersangkutan ringkih genetik (genetically vuniravle) artinya jikalau berkembang ras gres patogen yang mmenyerang gen utama sebelumnya, maka akan menimbulkan seluruh varietas yang awalnya tahan, menjadi peka terhadap patogen yang bersangkutan. Hampir seluruh tumbuhan yang bernilai ekonomi penting, ketika dilaksanakan pemuliaan tumbuhan kearah keseragaman genetik yang intensif yakni ringkih genetik (Makmur 2003).

Pada persiapan menanam kacang tanah perlu dilakukan seleksi  biji  setelah  pemipilan  dimaksudkan  untuk memisahkan biji yang kecil dari yang besar, biji yang rusak dengan yang baik. Diusahakan benih yang homogen (sama) ditanaman dalam hamparan yang sama. Persyaratan polong kacang tanah yang sanggup dipilih sebagai calon bibit yakni polong bau tanah betul, kulit  buah  setelah  kering  keras  tidak  mudah terkupas, urat-urat  polong  sangat  nyata,  bila  ditekan akan  mudah  pecah. Setelah  polong dikupas  kulit  dari  biji mengkilat  berwarna  merah  atau  putih,  dan polong  bagian dalam,  kelihatan  alurnya  bintik-bintik  kehitaman  atau  agak coklat, serta diusahakan  calon  benih  harus  diatas  3  biji  per polong (Pajow et al 2006).

Pemilihan benih sangat penting sebelum benih ditanam. Hal ini dikarenakan adanya faktor dalam yang menghipnotis perkecambahan benih yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dan dormansi. Benih yang sudah  dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi lantaran belum mempunyai cadangan masakan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Selain itu, pada benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan masakan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan masakan yang terkandung dalam jaringan penyimpan tersebut dipakai sebagai sumber energi bagi embrio pada dikala perkecambahan. Berat benih kuat terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi lantaran berat benih memilih besarnya kecambah pada dikala permulaan dan berat tumbuhan pada dikala dipanen (Purwadi 2011).

C.    PENANAMAN, PEMELIHARAAN DAN PANEN
(Pustaka Terlengkap - https://petaniokesip.blogspot.com/)
Kacang tanah
Tanaman kacang tanah merupakan tumbuhan yang hidup semusim berumur pendek  sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca. Tanaman kacang tanah  berakar tunggang dan membentuk akar  serabut, batang tidak berkayu, berbulu  halus, dan membentuk cabang. Tinggi batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun berjumlah 5 dan  2 di antaranya  bersatu  berbentuk menyerupai perahu. Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong  berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4  biji sesuai  varietas, kulit tipis ada yang  berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Pitoyo et al 2002).

Usaha untuk mengurangi kompetisi dalam pemanfaatan cahaya matahari sanggup dilakukan dengan pengaturan tanam. Pengaturan  tanam  adalah  cara  mengatur  jarak  tanam  atau  letak  tanaman  dengan  maksud  untuk memperlihatkan  ruang  tumbuh  yang  lebih  baik  pada masing-masing  individu  tanaman  sehingga  dapat mengurangi besarnya dampak negatif yang ditimbulkan  oleh  tanaman  lainnya  dalam  suatu  pertanaman. Pengaturan tanam sanggup dilakukan dalam  baris yaitu  pengaturan  tanaman  dalam  bentuk baris  tunggal  dan  baris  ganda (Buhaira 2007). 

Pada pertanaman, jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila  terlalu  sempit  akan terjadi  persaingan yang tinggi  yang  mengakibatkan  produktivitas   rendah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa polong  kacang  tanah  tertinggi dicapai  pada  jarak  tanam  40  x  10  cm.  Efisiensi penggunaan  lahan  dan  waktu tertinggi  dalam  sistem  tumpangsari   kacang  tanah  dan  jagung  yang  didefoliasi dicapai  pada  jarak  tanam  kacang  tanah  40  x  10  cm  pada  musim  kemarau kapanpun waktu defoliasi dilakukan (Kadekoh 2007).

Pada masa pemeliharaan tanaman, seringkali dijumpai OPT (organisme pengganggu tanaman) baik berupa hama, gulma maupun penyakit. Secara  umum,  hama-hama  utama  pada  kacang  tanah antara  lain wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), dan ulat gerayak (Prodenia litura) dan tikus. Pengendalian hama terpadu diharapkan untuk mengatasi hama tersebut. Tujuan  pengendalian  hama  terpadu  dalam  usahatani kacang tanah adalah, managemen  pengendalian semenjak dari persiapan  benih,  persiapan  lahan,  pembuatan  bedeng, teknik  tanam,  teknik  menyiang,  sampai  penyimpanan  hasil panen di gudang (Badan Litbang Pertanian 2004).

Umur panen kacang tanah tergantung varietas dan animo tanam. Rata- rata umur panen kacang tanah yakni 90-100 hari atau pada dikala masak fisiologis dimana tanda-tandanya yakni : kulit polong mengeras, berserat, pecahan dalam berwarna coklat, jikalau ditekan polong gampang pecah. Cara panen dilakukan secara manual (dicabut), sebelum panen tanah perlu dibasahi dengan diari supaya tidak banyak polong yang tertinggal di dalam tanah. Setelah panen, pengeringan dilakukan dengan dijemur pada lantai atau dengan bantalan tikar selama 5-6 hari dengan matahari terik atau bila animo hujan dengan memakai pengering. Pengeringan dilakukan hingga kadar air biji menjadi 10-12 % yang ditandai dengan gampang terkelupasnya kulit biji (Epetani 2013).

Jagung

Jagung merupakan tumbuhan semusim dengan batang tumbuh tegak, berakar  serabut dan mempunyai tinggi antara 1 – 3 m. Tanaman jagung banyak di budidayakan  karena  penyebarannya  sangat  luas,  serta kemampuan tumbuhan  tersebut untuk bisa  beradaptasi  dengan  baik  pada  berbagai  kondisi  lingkungan. Jagung tumbuh dengan baik di wilayah yang berada pada 580 LU dan 500 LS, hingga ketinggian  lebih dari 3.000 mdpl, dengan  kondisi  curah  hujan  tinggi  sampai rendah, lahan marjinal hingga subur, dan dari wilayah beriklim tropis (panas) hingga sub-tropis (Zubachtirodin et al 2011).

Jagung  merupakan  tanaman  semusim  (annual).  Satu  siklus  hidupnya diselesaikan dalam 80-150  hari. Pada Jagung, varietas unggul mempunyai sifat berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu jagung bibit unggul dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, dan Bogor Composite-2 (Sumarianto 2012).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung sanggup ditempuh dengan dukungan pupuk. Pemupukan yang biasa dan kebanyakan dilakukan oleh petani hanya melalui     tanah,    sehingga unsur hara yang diberikan diserap oleh akar tanaman, kemudian ditransformasi menjadi bahan-bahan yang berkhasiat bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan melalui tanah tersebut terkadang kurang efektif manfaatnya. Hal ini disebabkan lantaran beberapa unsur hara telah larut lebih dahulu dan hilang bersama air perkolasi atau mengalami  fiksasi  oleh  koloid  tanah,  sehingga  tidak sanggup diserap oleh tumbuhan jagung. Upaya yang sanggup ditempuh supaya pemupukan lebih efektif dan efisien yakni dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman. Pemberian pupuk daun tersebut sanggup memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi, dan sanggup meningkatkan hasil tumbuhan (Rahmi dan Jumiati 2007).

Menurut Lingga (2003), sebelum melaksanakan penyemprotan pupuk daun tanaman, konsentrasi yang dibentuk harus benar-benar mengikuti petunjuk dalam kemasan. Jika petani menciptakan konsentrasi yang lebih rendah dari yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan pupuk daun pada suatu jenis tumbuhan bisa dipercepat atau diperpendek interval waktunya. Salah satu jenis pupuk daun yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro ialah pupuk organik cair Super ACI.

Dalam pemeliharaan tumbuhan jagung sering kali ditemui gangguan hama dan penyakit. Hama pada tumbuhan jagung tersebut ialah lalat bibit (Atherigona exigua-Stein), Ulat Agrotis (Agrotis sp.), Ulat daun (Prodenia litura F.) dan Penggerek daun (Sesamia inferens WLK), sedangkan Penyakit-penyakit pada jagung di antaranya yakni becak daun (Helminthosporium sp.) dan karat daun (Puccinia sorghi-Sehw). Serangan lalat bibit ini berlangsung hingga tumbuhan berumur tumbuhan ± 3 minggu. Ulat daun menyerang pupuk daun pada waktu tumbuhan berumur 1 (satu) bulan dan penggerek daun menyerang pada waktu tumbuhan telah berbunga. Tindakan pencegahan sanggup dilakukan untuk mengendalikan hama penggerek daun ini dengan penyemprotan segera sehabis terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada dikala menjelang berbunga (Fatkhonudin 2011).





DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Dwi Cirucs. 2011. Laporan TBT Semester III. https://petaniokesip.blogspot.com//search?q=24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/#more-9596. Diakses pada 8 Mei 2013.

Putro, Nugroho Sulistyo. Makalah Teknik Budidaya Jagung. http://opensline.blogspot.no/2012/10/makalah-teknik-budidaya-jagung. Diakses pada 8 Mei 2013.
Badan Litbang Pertanian.  2004. Teknologi Budidaya Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Buhaira. 2007. Respons Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Beberapa Pengaturan Tanam Jagung pada Sistem Tanam Tumpangsari. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1.
Danuarti, 2005.Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1.: 22-31.
Epetani. 2013. Budidaya Kacang Tanah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ budidaya-kacang-tanah-7891. Diakses pada 8 Mei 2013.
Fatkhonudin. 2011. Laporan Tanaman Jagung. http://ziemensagrobisnis.blog spot.com/panduan-ringkas-budidaya-jagung-hybrida.html. Diakses pada 8 Mei 2013.
Humandini, Amrik. 2010. Validasi Daya Berkecambah pada Pengamatan Pertama dan Terakhir Benih Padi, Jagung, Kedele, dan Kacang Hijau. Balai Besar-PPMBTPH Tapos. Depok.
Kadekoh, I . 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari dengan jagung  yang  didefoliasi pada animo kemarau dan animo hujan. J.Agroland 14(1):11-17.
Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Makmur, Amris. 2003. Pemuliaan Tanaman bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press. Bogor.
Minardi, S 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK terhadap Hasil Beberapa Varietas Tanaman Buncis Tegak di Tanah Alfisols. Jurnal Sains Tanah Vol. 2 (1).
Pajow, Stenly K., Arnold C. Turang dan Jeaneke Wowiling. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Manado: Departemen Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.
Pitoyo,S dan Zumiati. 2002. Tanaman  Bumbu  dan  Pewarna Nabati. Aneka Ilmu. Semarang.
Pudjogunarto, Wartoyo Suwandi. 2011. Agronomi Tanaman Kakao. UNS Press. Surakarta.
Purwadi, Eko. 2011. Seleksi Benih Tahan Kering Melalui Uji PEG. https://petaniokesip.blogspot.com//search?q=24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/#more-9596. Diakses pada 8 Mei 2013.

Putro, Nugroho Sulistyo. Makalah Teknik Budidaya Jagung. http://opensline.blogspot.no/2012/10/makalah-teknik-budidaya-jagung. Diakses pada 8 Mei 2013.
Rahmi, Abdul dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop 26 (3) : 105 – 109.
Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengelolaan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. J. Hort. 20 (1): 36-44.
Sumarianto, I Putu. 2012. Pagan dan Palawija (Seluk Beluk Tanaman Jagung). https://petaniokesip.blogspot.com//search?q=24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/#more-9596. Diakses pada 8 Mei 2013.

Putro, Nugroho Sulistyo. Makalah Teknik Budidaya Jagung. http://opensline.blogspot.no/2012/10/makalah-teknik-budidaya-jagung. Diakses pada 8 Mei 2013.
Suryadiningrat. 2012. Budidaya Kacang Tanah. http://bp4kkabsukabumi.net/index .php/Pertanian-Tanaman-Pangan/Budidaya-Kacang-Tanah.html. diakses pada 8 Mei 2013.
Zubachtirodin dkk. 2011. Teknologi Budidaya Jagung. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia. Jakarta.
Laporan Praktikum 2676327554838302748

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Arsip Blog

close
Banner iklan   disini