Inilah Cara Menanam Budidaya Buncis

Buncis

Tanaman buncis merupakan komoditi sayuran yang banyak di minati alasannya yakni mengandung Zat Lignin, Enzym, Protease, Inhibitor, Potassium, Fosfor, Serat, dan Kalsium yang bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menetralkan kadar gula dalam darah, bisa mengobati tukak lambung, sanggup mencegah kanker lambung dan kanker ganas lainnya.
Untuk itu, perlu di lakukan teknik atau cara khusus dalam Budidaya Buncis sehingga bisa menghasilkan produksi yang tinggi.
Persyaratan Tumbuh Buncis :
Tipe tanah : lempung hingga lembung berpasir, subur, dan mengandung materi organik.
pH tanah optimum : 5,5 - 6,5.
Ketinggian kawasan : 100 - 1.000 m dpl.
Persyaratan lain : lokasi terbuka, menerima sinar matahari, dan drainase air lancar.

Contoh Varietas Buncis :
PERKASA
Buncis yang masih muda berwarna muda berwarna hijau telur bebek, berbentuk gilig atau silindris, dan berasa manis. Varietas ini mempunyai ukuran panjang 12 - 15 cm diameter 0,5 - 0,7 cm. Bobot polong sekitar 7 - 15 gram. Varietas ini resisten terhadap penyakit karat daun. Panen awal bisa dilakukan dikala tumbuhan berumur 50 hari sehabis tanam ( HST ). Potensi produksi 9 - 10 ton/ha.

LEBAT-1
Buncis yang masih muda berwarna hijau jelas dan berbentuk silindris dengan ujung buah rancing. mempunyai ukuran panjang 12 - 15 cm dengan diameter 0,5 - 0,7 cm. Bobot per polong sekitar 7 - 10 gram. Panen awal bisa dilakukan dikala tumbuhan berumur 60 HST. Potensi produksi sekitar 8 - 9 ton/ha.

Persiapan Lahan Buncis :
Bersihkan gulma dan sisa-sisa tumbuhan sebelumnya.
Lakukan pengapuran bila pH tanah kurang dari 5,0. Gunakan kapur pertanian dengan jumlah minimum satu ton per hektare lahan.
Lakukan pembajakan atau pencangkulan untuk membalik dan memecah bongkahan tanah.
Buat dahulu bedengan sederhana dengan ukuran lebar bedengan 100 cm, lebar selokan 35 - 40 cm, dan tinggi bedenbgan 15 - 20 cm.
Lakukan aplikasi teknologi EMP l dengan takaran 2 liter Agrobost per 400 liter air untuk lahan seluas satu hektare. Usahakan sebelum aplikasi, lahan sudah dalam kondisi lembab atau basah. siram secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan ( bakal baris tumbuhan ).
Sebar pupuk sangkar secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan. Aduk-aduk ke dalam tanah.
Sebar pupuk kimia dasar (SP-36 dan KCL) secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan ibarat penyebaran pupuk kandang. Aduk-aduk juga ke dalam tanah.
Timbun bedengan dengan tanah dari selokan. Timbunan tanah tipis saja, sekitar 5 cm. Dengan demikian tinggi bedengan menjadi 20 - 25 cm.
Minimum tiga hari sehabis aplikasi teknologi EMP l, lakukan pemupukan dasar dengan standar takaran per hektare sebagai berikut.

No. Jenis Pupuk Pupuk Dasar Pupuk Susulan
I II III
1 Pupuk Kandang 5 ton - - -
2 Urea - 50 Kg 100 kg 50 g
3 SP-36 200 kg - - -
4 KCL 50 kg 50 kg 100 kg -

Waktu Aplikasi Sebelum tanam 20-25 HST 40-45 HST 60-65 HST
Penanaman Buncis :
Pada Proses penanaman Buncis Hibrida, kita harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Kebutuhan benih per hektare sebanyak 18 – 20 kg.
Jika kondisi lahannya kering, maka sebelum penanaman lahan perlu di siram hingga tanah terlihat lembap.
Menjelang penanaman, rendam benih dalam air selama 1 – 2 jam.
Buat lubang tanam sedalam 3 – 4 cm dengan memakai tugal.
Tugal biasanya di buat dari sepotong kayu berdiameter 5 – 6 cm yang ujungnya di buat lancip mengerucut.
Jarak tanam yang di gunakan yakni 25 – 30 cm untuk jarak dalam baris dan 60-65 cm untuk jarak antar – baris ( double row ).
Jumlah populasi per hectare sekitar 45.000 – 50.000 rumpun.
Tanam benih di lubang tanam yang sudah di siapkan. Setiap lubang diisi dua butir benih.
Timbun lubang dengan tanah, tipis saja setebal 1 – 2 cm.
Pemupukan Susulan Buncis :
pada umur 15 – 20 hari sehabis tanam (HST) atau 5 hari sebelum pemupukan susulan I, aplikasikan teknologi EM4 II dengan takaran 1,5 liter EM4 per 400 liter air.
Semprotkan larutan EM4 II ke permukaan tanah sekitar tanaman.
Pada umur 20 – 25 HST, lakukan pemupukan kimia susulan I. Caranya, campurkan urea 50 kg dan KCL 50 g per hectare.
Buat lubang memakai tugal atau buat alur diantara tumbuhan ( jarak 6 – 8 cm dari pokok tumbuhan ), kemudian taburkan pupuk kedalamnya.
Tutup kembali lubang atau alur memakai tanah.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencegah penyakit bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.
Pada umur 35 – 40 HST atau 5 hari sebelum pemupukan kimia susulan II, aplikasikan teknologi EM4 III dengan takaran 1,5 liter EM4 per 400 liter air.
Semprotkan ke permukaan tanah sekitar tumbuhan denga jarak 7 – 10 cm dari pokok tanaman.
Pada umur 40 – 45 HST, lakukan pemupukan kimia susulan II. Caranya campurkan urea 100 kg dan KCL 100 kg per hectare.
Buat lubang memakai tugal atau buat alur di antara tumbuhan ( jarak 10 – 12 cm dari pokok tumbuhan ) kemudian taburkan pupuk ke dalamnya.
Tutup kembali lubang memakai tanah.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencegah penyakit bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.
Pada umur 60-65 HST, lalkukan pemupukankimia susulan III menggunkana Urea 50 – 100 kg per hectare, tergantung pada kondisi tanaman.
Cara aplikasinya sama dengan pemupukan kimia susulan II.
Penting !!!
" Aplikasi teknologi EM4 dihentikan bersamaan dengan aplikasi pupuk kimia dan pestisida, tetapi harus di beri jeda waktu paling cepat tiga hari.
Sebaiknya EM4 dahulu, gres pupuk kimia. Usahakan sebelum aplikasi EM4, tanah dalam keadaan lembab atau segera lakukan penyiraman sehabis aplikasi EM4."
Pemeliharaan Tanaman Buncis :
Pemasangan Ajir Rambatan.
Siapakan ajir rambatan yang di buat dari bilah bambudengan ukuran panjang 225 – 250 cm dan tebal 1,0 – 1,5 cm.
Setelah tumbuhan tumbuh, sekitar umur 10 – 15 HST, segera pasangkan ajir dengan cara memancapkannya di samping pokok tanaman.
Satukan setiap empat ajir di penggalan ujungnya, dua di baris kiri dan dua di baris kanan, kemudian ikat dengan tali.
Seiring dengan pertumbuhannya tumbuhan akan merambat dengan sendirinya. Jika ada yang merambat ke permukaan tanah, pribadi lilitkan ke ajir.
Sanitasi Lingkungan
Lakukan penyiangan gulma dan rumput di sekitar tanaman, termasuk di selokan.
Pengairan
Efektivitas pemupukan sangat tergantung pada kondisi kelembapan tanah.
Pada dasarnya pupuk yang di berikan ke dalam tanah akan terurai menjadi kation dan anion yang larut dalam larutan air tanah(atau di sebut unsur hara tersedia).
Bersamaan dengan perembesan air oleh akar melalui proses fisiologi, maka unsur hara tersedia tersebut terserap oleh tanaman.
Bisa di bayangkan bila kondisi tanah di zona perakaran kering, berapapun jumlah pupuk yang di berikan ke dalam tanah tidak akan maksimal terurai.
Pada demam isu kemarau, lakukan penyiraman atau pengairan untuk menjaga kelembapan tanah .
Sebaliknya pada demam isu hujan, perhatikan susukan drainase biar air lancar mengalir dan tidak ada air yang menggenang di selokan.
Hama dan Penyakit Dominan pada Tanaman Buncis :
Ulat Perusak Daun ( Spedoptera litura, Plusia calchites, dan Piezodorus sp. )
ketiga jenis ulat ini sering menyerang dengan cara memakan daunnya. Srangga Spodoptera litura lebih mayoritas dari pada kedua jenis lainnya.
Pada tingkat serangan parah, daun buncis bias dimakan habis.
Pencegahan :
Lakukan sanitasi lahan dengan benar.
Pasang perangkap kupu – kupu di beberapa tempat.
Balurkan perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, ibarat Cherry Glue dan Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.
Pemberantasan :
Jika di temukan telur-telurnya yang biasa melekat di balik daun, segera pungut, kemudian gerus dan kubur.
Jika serangan sudah tingkat yang parah, semprotkan insektisida yang tepat. Patuhi tawaran takaran sesuai yang tertera di label kemasan.
Insektisida yang bisa di gunakan diantaranya Metido 25 WP, Prevaton 250 EC, Decis 2,5 EC, Sumo 50EC, Buldok 25 EC.

Tips : “ Waktu yang efektif untuk melaksanakan penyemprotan “
Waktu penyemprotan yang efektif antara pukul 08.00 – 11.00 atau pukul 15.00 – 18.00 yakni dikala turgor ( kandungan air tumbuhan ) tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jika turgor tumbuhan dan kelembapan udara terlalu tinggi, maka takaran yang sebelumnya sempurna akan menjadi rendah, sehingga tidak mempan. Sebaliknya, bila turgor tumbuhan terlalu rendah dengan terik tinggi, maka takaran yang semula sempurna akan menjadi tinggi, sehingga ada kemungkinan terjadi imbas terbakar oleh pestisida.

Ulat Penggulung Daun ( Lamprosema indicate )
Perilaku ulat ini suka memakan daun, kemudian menggulung sebagai kawasan perkembangan metamorfosisnya sebagai kepompong.

Pencegahan :
Lakukan sanitasi lahan dengan benar.
Pasang perangkap kupu-kupu di bebrapa tempat.

Pemberantasan :
Jika tumbuhan buncis sudah terjangkit hama ini, segera semprot memakai insektisida yang tepat.
Beberapa insektisida yang bisa di gunakan yakni Detacron 500 EC, Curacron 500 EC, Profile 450 EC.
Gunakan sesuai takaran tawaran yang tertera di label kemasan.

Ulat penggerek Polong ( Etialla zinckenella )
Ulat ini suka menggerek polong dengan cara melubangi kulit polong serta memakan daging buah dan biji-biji muda yang ada di dalamnya.
Serangan yang ahli menjadikan kualitas hasil panen menurun drastis.

Pencegahan :
Lakukan sanitasi lahan yang benar.
Pasang perangkap kupu-kupu di beberapa kawasan .
Balurkan perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, ibarat Cherry Glue dan Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.

Pemberantasan :
Jika ditemukan tanda-tanda serangan, segera lakukan penyemprotan insektisida yang tepat.
Insektisida yang bisa dipakai di antaranya Proclim 5 SG, Decis 25 EC, dan Buldok 25 EC. Gunakan takaran sesuai tawaran yang tertera di label kemasan.

Penyakit Karat Daun ( Uromyces sp. )
Karat daun tergolong penyakit yang harus “ diperhitungkan “, alasannya yakni sering sekali menyerang tumbuhan kacang-kacangan.
Gejala penyakit ini ditandai dengan adanya bercak cokelat melebar mengikuti tulang daun. Selanjutnya, berkembang semakin melebar dan daun mengering.

Pencegahan :
Lakukan sanitasi lahan dengan teratur
Perbaiki susukan drainase dikala demam isu hujan tiba.

Pemberantasan :
Jika tanda-tanda awal sudah muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat.
Beberapa fungisida yang bisa di gunakan yakni Score 250 EC, Previcur N 722 SL, Chocrick 25 WP, Topsin M 40 WP, Topsindo 40 WP.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan membentuk antibodi bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.

Panen dan Pascapanen Buncis :
Panen buncis bisa dimulai pada umur 50 - 55 HST.
Lakukan pemanenan pada polong yang muda, tetapi ukuranya sudah maksimal. ciri-ciri polong muda di antaranya warna masih hijau muda, segar, dan belum berserat.
Kumpulkan hasil panen di kawasan yang teduh.
Lakukan sortasi untuk memisahkan polong menjadi beberapa grade sebagai berikut.

Grade A untuk polong yang bentuknya relatif lurus dan sehat
Grade B-C untuk polong yang bentuknya asing dan bengkok, tetapi sehat.
Grade D untuk polong yang terjangkit hama dan penyakit.

Polong yang termasuk grade A selanjutnya di susun rapi dalam boks untuk memenuhi permintaan pasar supermarket.
Polong yang termasuk grade B - C bisa di kemas ke dalam karung untuk memenuhi permintaan pasar tradisional.

Sisanya, yaitu polong yang terjangkit hama dan penyakit merupakan produk akpir.

Tanaman buncis merupakan komoditi sayuran yang banyak di minati alasannya yakni mengandung Zat Lignin, Enzym, Protease, Inhibitor, Potassium, Fosfor, Serat, dan Kalsium yang bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menetralkan kadar gula dalam darah, bisa mengobati tukak lambung, sanggup mencegah kanker lambung dan kanker ganas lainnya.

Untuk itu, perlu di lakukan teknik atau cara khusus dalam Budidaya Buncis sehingga bisa menghasilkan produksi yang tinggi.

Persyaratan Tumbuh Buncis :

Tipe tanah : lempung hingga lembung berpasir, subur, dan mengandung materi organik.

pH tanah optimum : 5,5 - 6,5.

Ketinggian kawasan : 100 - 1.000 m dpl.

Persyaratan lain : lokasi terbuka, menerima sinar matahari, dan drainase air lancar.

Contoh Varietas Buncis :

PERKASA

Buncis yang masih muda berwarna muda berwarna hijau telur bebek, berbentuk gilig atau silindris, dan berasa manis. Varietas ini mempunyai ukuran panjang 12 - 15 cm diameter 0,5 - 0,7 cm. Bobot polong sekitar 7 - 15 gram. Varietas ini resisten terhadap penyakit karat daun. Panen awal bisa dilakukan dikala tumbuhan berumur 50 hari sehabis tanam ( HST ). Potensi produksi 9 - 10 ton/ha.

LEBAT-1

Buncis yang masih muda berwarna hijau jelas dan berbentuk silindris dengan ujung buah rancing. mempunyai ukuran panjang 12 - 15 cm dengan diameter 0,5 - 0,7 cm. Bobot per polong sekitar 7 - 10 gram. Panen awal bisa dilakukan dikala tumbuhan berumur 60 HST. Potensi produksi sekitar 8 - 9 ton/ha.

Persiapan Lahan Buncis :

Bersihkan gulma dan sisa-sisa tumbuhan sebelumnya.

Lakukan pengapuran bila pH tanah kurang dari 5,0. Gunakan kapur pertanian dengan jumlah minimum satu ton per hektare lahan.

Lakukan pembajakan atau pencangkulan untuk membalik dan memecah bongkahan tanah.

Buat dahulu bedengan sederhana dengan ukuran lebar bedengan 100 cm, lebar selokan 35 - 40 cm, dan tinggi bedenbgan 15 - 20 cm.

Lakukan aplikasi teknologi EMP l dengan takaran 2 liter Agrobost per 400 liter air untuk lahan seluas satu hektare. Usahakan sebelum aplikasi, lahan sudah dalam kondisi lembab atau basah. siram secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan ( bakal baris tumbuhan ).

Sebar pupuk sangkar secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan. Aduk-aduk ke dalam tanah.

Sebar pupuk kimia dasar (SP-36 dan KCL) secara merata di sisi kiri dan kanan bedengan ibarat penyebaran pupuk kandang. Aduk-aduk juga ke dalam tanah.

Timbun bedengan dengan tanah dari selokan. Timbunan tanah tipis saja, sekitar 5 cm. Dengan demikian tinggi bedengan menjadi 20 - 25 cm.

Minimum tiga hari sehabis aplikasi teknologi EMP l, lakukan pemupukan dasar dengan standar takaran per hektare sebagai berikut.

No. Jenis Pupuk Pupuk Dasar Pupuk Susulan

I II III

1 Pupuk Kandang 5 ton - - -

2 Urea - 50 Kg 100 kg 50 g

3 SP-36 200 kg - - -

4 KCL 50 kg 50 kg 100 kg -

Waktu Aplikasi Sebelum tanam 20-25 HST 40-45 HST 60-65 HST

Penanaman Buncis :

Pada Proses penanaman Buncis Hibrida, kita harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

Kebutuhan benih per hektare sebanyak 18 – 20 kg.

Jika kondisi lahannya kering, maka sebelum penanaman lahan perlu di siram hingga tanah terlihat lembap.

Menjelang penanaman, rendam benih dalam air selama 1 – 2 jam.

Buat lubang tanam sedalam 3 – 4 cm dengan memakai tugal.

Tugal biasanya di buat dari sepotong kayu berdiameter 5 – 6 cm yang ujungnya di buat lancip mengerucut.

Jarak tanam yang di gunakan yakni 25 – 30 cm untuk jarak dalam baris dan 60-65 cm untuk jarak antar – baris ( double row ).

Jumlah populasi per hectare sekitar 45.000 – 50.000 rumpun.

Tanam benih di lubang tanam yang sudah di siapkan. Setiap lubang diisi dua butir benih.

Timbun lubang dengan tanah, tipis saja setebal 1 – 2 cm.

Pemupukan Susulan Buncis :

pada umur 15 – 20 hari sehabis tanam (HST) atau 5 hari sebelum pemupukan susulan I, aplikasikan teknologi EM4 II dengan takaran 1,5 liter EM4 per 400 liter air.

Semprotkan larutan EM4 II ke permukaan tanah sekitar tanaman.

Pada umur 20 – 25 HST, lakukan pemupukan kimia susulan I. Caranya, campurkan urea 50 kg dan KCL 50 g per hectare.

Buat lubang memakai tugal atau buat alur diantara tumbuhan ( jarak 6 – 8 cm dari pokok tumbuhan ), kemudian taburkan pupuk kedalamnya.

Tutup kembali lubang atau alur memakai tanah.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencegah penyakit bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.

Pada umur 35 – 40 HST atau 5 hari sebelum pemupukan kimia susulan II, aplikasikan teknologi EM4 III dengan takaran 1,5 liter EM4 per 400 liter air.

Semprotkan ke permukaan tanah sekitar tumbuhan denga jarak 7 – 10 cm dari pokok tanaman.

Pada umur 40 – 45 HST, lakukan pemupukan kimia susulan II. Caranya campurkan urea 100 kg dan KCL 100 kg per hectare.

Buat lubang memakai tugal atau buat alur di antara tumbuhan ( jarak 10 – 12 cm dari pokok tumbuhan ) kemudian taburkan pupuk ke dalamnya.

Tutup kembali lubang memakai tanah.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencegah penyakit bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.

Pada umur 60-65 HST, lalkukan pemupukankimia susulan III menggunkana Urea 50 – 100 kg per hectare, tergantung pada kondisi tanaman.

Cara aplikasinya sama dengan pemupukan kimia susulan II.

Penting !!!

" Aplikasi teknologi EM4 dihentikan bersamaan dengan aplikasi pupuk kimia dan pestisida, tetapi harus di beri jeda waktu paling cepat tiga hari. 

Sebaiknya EM4 dahulu, gres pupuk kimia. Usahakan sebelum aplikasi EM4, tanah dalam keadaan lembab atau segera lakukan penyiraman sehabis aplikasi EM4."

Pemeliharaan Tanaman Buncis :

Pemasangan Ajir Rambatan.

Siapakan ajir rambatan yang di buat dari bilah bambudengan ukuran panjang 225 – 250 cm dan tebal 1,0 – 1,5 cm.

Setelah tumbuhan tumbuh, sekitar umur 10 – 15 HST, segera pasangkan ajir dengan cara memancapkannya di samping pokok tanaman.

Satukan setiap empat ajir di penggalan ujungnya, dua di baris kiri dan dua di baris kanan, kemudian ikat dengan tali.

Seiring dengan pertumbuhannya tumbuhan akan merambat dengan sendirinya. Jika ada yang merambat ke permukaan tanah, pribadi lilitkan ke ajir.

Sanitasi Lingkungan

Lakukan penyiangan gulma dan rumput di sekitar tanaman, termasuk di selokan.

Pengairan

Efektivitas pemupukan sangat tergantung pada kondisi kelembapan tanah.

Pada dasarnya pupuk yang di berikan ke dalam tanah akan terurai menjadi kation dan anion yang larut dalam larutan air tanah(atau di sebut unsur hara tersedia).

Bersamaan dengan perembesan air oleh akar melalui proses fisiologi, maka unsur hara tersedia tersebut terserap oleh tanaman.

Bisa di bayangkan bila kondisi tanah di zona perakaran kering, berapapun jumlah pupuk yang di berikan ke dalam tanah tidak akan maksimal terurai.

Pada demam isu kemarau, lakukan penyiraman atau pengairan untuk menjaga kelembapan tanah .

Sebaliknya pada demam isu hujan, perhatikan susukan drainase biar air lancar mengalir dan tidak ada air yang menggenang di selokan.

Hama dan Penyakit Dominan pada Tanaman Buncis :

Ulat Perusak Daun ( Spedoptera litura, Plusia calchites, dan Piezodorus sp. )

ketiga jenis ulat ini sering menyerang dengan cara memakan daunnya. Srangga Spodoptera litura lebih mayoritas dari pada kedua jenis lainnya.

Pada tingkat serangan parah, daun buncis bias dimakan habis.

Pencegahan : 

Lakukan sanitasi lahan dengan benar.

Pasang perangkap kupu – kupu di beberapa tempat.

Balurkan perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, ibarat Cherry Glue dan Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.

Pemberantasan : 

Jika di temukan telur-telurnya yang biasa melekat di balik daun, segera pungut, kemudian gerus dan kubur.

Jika serangan sudah tingkat yang parah, semprotkan insektisida yang tepat. Patuhi tawaran takaran sesuai yang tertera di label kemasan.

Insektisida yang bisa di gunakan diantaranya Metido 25 WP, Prevaton 250 EC, Decis 2,5 EC, Sumo 50EC, Buldok 25 EC.

Tips : “ Waktu yang efektif untuk melaksanakan penyemprotan “

Waktu penyemprotan yang efektif antara pukul 08.00 – 11.00 atau pukul 15.00 – 18.00 yakni dikala turgor ( kandungan air tumbuhan ) tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jika turgor tumbuhan dan kelembapan udara terlalu tinggi, maka takaran yang sebelumnya sempurna akan menjadi rendah, sehingga tidak mempan. Sebaliknya, bila turgor tumbuhan terlalu rendah dengan terik tinggi, maka takaran yang semula sempurna akan menjadi tinggi, sehingga ada kemungkinan terjadi imbas terbakar oleh pestisida.

Ulat Penggulung Daun ( Lamprosema indicate )

Perilaku ulat ini suka memakan daun, kemudian menggulung sebagai kawasan perkembangan metamorfosisnya sebagai kepompong.

Pencegahan :

Lakukan sanitasi lahan dengan benar.

Pasang perangkap kupu-kupu di bebrapa tempat.

Pemberantasan :

Jika tumbuhan buncis sudah terjangkit hama ini, segera semprot memakai insektisida yang tepat.

Beberapa insektisida yang bisa di gunakan yakni Detacron 500 EC, Curacron 500 EC, Profile 450 EC.

Gunakan sesuai takaran tawaran yang tertera di label kemasan.

Ulat penggerek Polong ( Etialla zinckenella )

Ulat ini suka menggerek polong dengan cara melubangi kulit polong serta memakan daging buah dan biji-biji muda yang ada di dalamnya.

Serangan yang ahli menjadikan kualitas hasil panen menurun drastis.

Pencegahan :

Lakukan sanitasi lahan yang benar.

Pasang perangkap kupu-kupu di beberapa kawasan .

Balurkan perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, ibarat Cherry Glue dan Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.

Pemberantasan :

Jika ditemukan tanda-tanda serangan, segera lakukan penyemprotan insektisida yang tepat.

Insektisida yang bisa dipakai di antaranya Proclim 5 SG, Decis 25 EC, dan Buldok 25 EC. Gunakan takaran sesuai tawaran yang tertera di label kemasan.

Penyakit Karat Daun ( Uromyces sp. )

Karat daun tergolong penyakit yang harus “ diperhitungkan “, alasannya yakni sering sekali menyerang tumbuhan kacang-kacangan.

Gejala penyakit ini ditandai dengan adanya bercak cokelat melebar mengikuti tulang daun. Selanjutnya, berkembang semakin melebar dan daun mengering.

Pencegahan :

Lakukan sanitasi lahan dengan teratur

Perbaiki susukan drainase dikala demam isu hujan tiba.

Pemberantasan :

Jika tanda-tanda awal sudah muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat.

Beberapa fungisida yang bisa di gunakan yakni Score 250 EC, Previcur N 722 SL, Chocrick 25 WP, Topsin M 40 WP, Topsindo 40 WP.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan membentuk antibodi bisa di tambahkan Calsium MULTI-CAL dengan takaran 5 sendok per 14 liter air.

Panen dan Pascapanen Buncis :

Panen buncis bisa dimulai pada umur 50 - 55 HST.

Lakukan pemanenan pada polong yang muda, tetapi ukuranya sudah maksimal. ciri-ciri polong muda di antaranya warna masih hijau muda, segar, dan belum berserat.

Kumpulkan hasil panen di kawasan yang teduh.

Lakukan sortasi untuk memisahkan polong menjadi beberapa grade sebagai berikut.

Grade A untuk polong yang bentuknya relatif lurus dan sehat

Grade B-C untuk polong yang bentuknya asing dan bengkok, tetapi sehat.

Grade D untuk polong yang terjangkit hama dan penyakit.

Polong yang termasuk grade A selanjutnya di susun rapi dalam boks untuk memenuhi permintaan pasar supermarket.

Polong yang termasuk grade B - C bisa di kemas ke dalam karung untuk memenuhi permintaan pasar tradisional.

Sisanya, yaitu polong yang terjangkit hama dan penyakit merupakan produk akpir.