Inilah Karakteristik Unsur-Unsur Cuaca Dalam Perspektif Agroklimatologi
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/02/inilah-karakteristik-unsur-unsur-cuaca.html
Cuaca dalah kondisi atmosfer suatu daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Unsur-unsur Cuaca ada beberapa yaitu:
A. Radiasi Surya
Matahari ialah sumber energi pada insiden yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab utama dari perubahan dan pergerakan dalam atmosfer sehingga dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar. Matahari merupakan suatu benda yang mempunyai suhu permukaan sekitar 6000 K, sedangkan suhu permukaan bumi sekitar 300 K (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan membuat contoh angin yang selanjutnya akan kuat terhadap kondisi curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim terdiri dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer. Dalam hal ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima jenis lingkungan tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang ada (LIPI 2008).
Lama Radiasi surya diukur dengan Sunshine recorder tipe campbell stokes. Dalam keadaan cerah intensitas sinar matahari bisa memperabukan kertas pias sunshine recorder tipe Campbell Stokes. Sejak tahun 1962 alat tipe campbel stokes oleh WMO (World Meteorology Organisation) ditentukan sebagai alat baku untuk mengukur usang penyinaran matahari. Biasanya alat dipasang pada pilar beton setinggi 1,2 m bahkan sanggup terpisah jauh dari stasiun iklim dan dipasang diatas atap bangunan yang datar (Gunawan Nawawi 2001).
Prinsip kerja alat ini ialah lensa menangkap sinar matahari dan sinar terusannya yang terkonsentrasi sanggup memperabukan pias yang diletakan di penggalan bawahnya. Panjang pias yang terbakar akan sesuai dengan lamanya matahari bersinar cerah yang menandakan panjangnya atau usang penyinaran matahari pada hari yang bersangkutan. Oleh lantaran itu Penangkapan sinar matahari oleh alat akan dipengaruhi oleh lintang tempat dan kedudukan pemasangan alat terhadap lintasan gerakan matahari. Sehubungan dengan lintang tempat ini alat ukur Campbell Stokes dirancang berbeda , yaitu (1) untuk daerah equator dan (2) untuk daerah lintang besar. Demikian pula kertas piasnya (Gunawan Nawawi 2001).
Untuk daerah sekitar khatulistiwa dimana lintasan matahari relatif tegak lurus bumi dan panjang harinya relatif sama sepanjang tahun, pias yang digunakan cukup satu macam, yaitu pias lurus. Sedangkan untuk daerah yang terletak di lintang yang besar yang mempunyai lebih dari 2 musim, kertas pias yang digunakan ada 3 bentuk, yaitu pias lurus, pias lengkung panjang dan pias lengkung pendek dengan ketentuan pemasangan sebagai berikut :
Bentuk kertas pias
Tanggal penggunaan
Belahan bumi utara
Belahan bumi selatan
Lengkung panjang
Pias lurus
Lengkung pendek
Pias lurus
11 April - 31 Agustus
1 September - 10 Oktober
11 Oktober - 28 Februari
1 Maret - 10 April
11 Oktober - 28 Februari
1 Maret - 10 April
11 April - 31 Agustus
1 September - 10 Oktober
Untuk memperoleh hasil pembakaran yang baik ini bola lensa juga perlu diatur kemiringannya sesuai dengan lintang tempat alat dipasang, sehingga lengkung tempat pias akan sejajar ekuator, contohnya alat dipasang di suatu tempat dengan lintang x° Lintang Selatan (LS), maka kemiringan bila diatur x ° ke arah Utara (Gunawan Nawawi 2001).
Radiasi matahari mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang pertanian, lantaran radiasi matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesa bagi tumbuhan berhijau daun. Dari sejumlah radiasi matahari yang hingga di permukaan bumi, hanya 1-2% saja yang digunakan untuk proses fotosintesa. Menurut Chang laju fotosintesa akan meningkat dengan peningkatan intensitas cahaya, sedangkan respon tumbuhan terhadap tingkatan intensitas cahaya berbeda-beda tergantung pada spesies masing-masing. (Ariffin dkk. 2010).
B. Tekanan Udara
Tekanan udara di suatu tempat merupakan gaya yang diberikan oleh udara atmosfer pada setiap luasan tertentu atau berat udara per satuan luas. Besarnya berat udara dipengaruhi oleh kerapatan atau kepadatan udara itu sendiri. Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udara semakin berkurang. Tekanan udara diatas permukaan maritim dikatakan sebagai tekanan normal (Ariffin dkk. 2010).
Tekanan 1 atm disebut sebagai tekanan normal. Tekanan udara semakin berkurang seiring dengan bertambah tingginya suatu tempat. Sebagai ketentuan, tiap naik 300 m tekanan udara akan turun 1/30 kali. Tekanan udara mengalir dari tempat yang mempunyai tekanan tinggi ke tempat yang mempunyai tekanan lebih rendah, sanggup secara vertikal atau horizontal (Wuryatno 2000).
Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan maritim semakin rendah tekanan udarannya. Kondisi ini lantaran makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya (Iwan Gatot Sulistyanto 2009).
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara ialah barometer. Terdapat dua macam barometer yakni Barometer air Raksa Torecelli dan barometer logam Aneroid. (Ariffin dkk. 2010). Namun yang digunakan pada praktikum ini ialah barometer logam aneroid. Barometer Logam “Aneroid” Barometer logam biasanya digunakan sebagai barograf (alat yang sanggup memperlihatkan angka tekanan udara secara otomatis). Di dalam alat ini terdapat pegas atau per yang peka terhadap perubahan tekanan udara. Perubahan tekanan udara di atmosfer sanggup dipantau oleh perubahan ketegangan pegas, selanjutnya dihubungkan dengan jarum yang bergerak bebas, yang memperlihatkan angka tekanan udara tertentu. Barometer logam ini ternyata banyak digunakan daripada barometer air raksa, lantaran komposisi dan penggunaanya sangat gampang (Ariffin dkk. 2010).
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan di permukaan bumi ialah kecil. Perubahan tekanan udara lebih kuat terhadap pergerakan massa udara atau angin. Karena tekanan udara berfungsi sebagai pengendali terhadap angin, maka selanjutnya angin merupakan pengendali eksklusif terhadap penguapan, suhu, dan curah hujan yang cukup berperan terhadap kehidupan di permukaan bumi (Anonim1 2009).
C. Suhu Udara dan Suhu Tanah
Suhu ialah derajat panas atau hambar yang diukur menurut skala tertentu dengan memakai termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan ialah derajat celcius (oC). Sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan dalam derajat fahrenheit (oF). Satuan lain yang bisa digunakan untuk menyatakan suhu ialah Kelvin (K) dan reamur (oR) (Ance Gunarsih kartasapoetra 2006).
Di bidang pertanian suhu udara yang perlu diketahui ialah suhu udara pada ketinggian rendah dan umumnya mengacu pada temperatur yang diukur di ruangan atau kandang cuaca yang dipasang pada ketinggian 1,5 – 2,0 meter (Gunawan Nawawi 2001). Pengukuran suhu udara untuk kepentingan Klimatologi harus terhindar dari beberapa macam gangguan baik yang bersifat lokal maupun hal lain yang sanggup mengurangi kemurnian suhu atmosfer. Untuk keperluan ini dibuatlah sebuah kotak putih yang dinamakan kandang cuaca. Di dalam kandang cuaca sebaiknya diletakkan termometer bola kering dan bola berair serta terometer maksimum dan minimum (Ariffin dkk. 2010).
Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian umumnya dilakukan pada banyak sekali kedalaman. Kedalaman yang biasa digunakan sebagai patokan, yaitu 5 ; 10 ; 20; 50 dan 100 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada tanah berumput pendek dan pada areal terbuka. (Ariifin dkk. 2010).
Temperatur tanah bermacam-macam dalam suatu contoh yang khas yang didasari harian atau dasar musim. Sehingga suhu tanah mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar 3 m temperatur sedikit tetap (Foth 1991).
Suhu tanah berkaitan dengan kedalaman akar tanaman. Fluktuasi suhu di dalam tanah akan mempengaruhi kegiatan akar tumbuhan dalam mengisap air terutama pada tumbuhan yang mempunyai akar dangkal. Untuk tumbuhan muda maka gelombang suhu tanah terutama daur suhu harian akan kuat pada kegiatan akar lantaran gelombang suhu harian mempunyai amplitudo yang cukup besar (Bayong Tjasyono 2004).
Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat bergantung padanya, terutama dalam kegiatannya. Suhu maksimum ialah suhu tertinggi dimana suatu tumbuhan masih sanggup tumbuh. Suhu minimum ialah suhu terendah dimana tumbuhan masih sanggup hidup, sedangkan suhu optimum ialah suhu terbaik yang diharapkan tumbuhan di mana proses pertumbuhannya sanggup berjalan lancar. Batas suhu tersebut dikenal dengan suhu kardinal (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
D. Kelembaban Udara dan Tanah
Kelembaban udara ialah nilai nisbah antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban udara dalam pengamatan klimatologi dinyatakan sebagai kelembaban nisbi atau RH (Relative humidity) (Ariffin dkk. 2010). Kelembaban udara meliputi kelembaban mutlak, kelembaban spesifik dan kelembaban relatif (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
Keberadaan tumbuhan sanggup mempengaruhi kelembaban. Areal perkebunan dengan tumbuhan tinggi (perkebunan karet) mempunyai kelembaban lebih tinggi daripada areal yang ditanami tumbuhan rendah (pertanaman sayuran). Lingkungan di bawah naungan pohon juga lebih lembab bila dibandingkan dengan daerah terbuka alasannya uap air yang dikeluarkan tumbuhan akan menambah kelembaban udara (Gunawan Nawawi 2001).
Faktor cuaca yang paling mayoritas dan kuat eksklusif terhadap produktivitas tumbuhan ialah kelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara udara sanggup mengakibatkan produktivitas tumbuhan menurun. Kelembaban udara disamping kuat eksklusif juga kuat tidak eksklusif terhadap produktivitas melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara eksklusif oleh curah hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang menjadikan penurunan produktivitas tumbuhan (Herlina 2003)
Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang sanggup menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada animo hujan dan terendah pada animo kemarau. Besarnya kelembaban disuatu tempat pada suatu animo erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dan penyakit tumbuhan, contohnya penyakit blister blight (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006)
Pengaruh kelembaban udara terhadap tumbuhan tampak pada perubahan stomata (mulut daun), menjadi terbuka atau tertutup. Dilingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi, stomata akan tertutup sehingga CO 2 yang menjadi materi pokok dalam proses fotosintesis tidak sanggup masuk ke dalam daun. Akibatnya penguapan yang terjadi tidak berlebihan. Sebaliknya bila dalam lingkungan dengan kelembaban rendah, penguapan yang terjadi lebih banyak. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan syarat tumbuh tumbuhan :cocok untuk lingkungan berkelembaban tinggi atau rendah. Namun, perbedaan ini tidaklah mutlak lantaran dalam lingkungan ekstrim pun masih ada tumbuhan yang bisa beradaptasi. (Gunawan Nawawi 2001).
Kelembaban mempengaruhi evapotranspirasi dan jumlah air. Kelembaban banyak hubungannya dengan suhu, curah hujan, dan angin, sehingga harus diadakan beberapa tinjauan. Hubungan antara unsur-unsur iklim tersebut, contohnya suhu udara dengan curah hujan memperlihatkan dasar pada distribusi iklim dan tumbuhan (Bayong Tjasyono 2004).
E. Curah Hujan
Selain suhu, faktor yang penting dari iklim ialah curah hujan yang disebut pula presipitasi. Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya. Cakupannnya meliputi endapan air, salju, salju keras, butiran es hingga kerikil es, akan tetapi juga endapan kabut dan embun (Darldjoeni 2000). Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1 mm berarti air hujan pada bidang seluas 1m2 berisi 1 liter atau : 100 x 100 x 0,1 = 1 liter (Ariffin dkk. 2010)
Unsur-unsur hujan yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah: jumlah curah hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan. WMO menganjurkan penggunaan satuan millimeter hingga ketelitian 0,2 mm. Jenis alat penakar yang umum digunakan untuk curah hujan ialah tipe Ombrometer (tipe Observatorium). Penakar ini paling banyak digunakan di stasiun klimatologi, yang terdiri dari corong (mulut penampung air hujan), yang luasnya 100 cm2 dengan garis tengah luarnya ialah 11,3 cm. Bagian dasar dari corong tersebut terdiri dari pipa sempit yang menjulur ke dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan kran. Air yang ditampung dalam tabung kolektor sanggup diketahui bila kran dibuka kemudian air diukur dengan gelas ukur. Ada gelas ukur yang mempunyai skala khusus, yaitu eksklusif sanggup memperlihatkan jumlah curah hujan yang terjadi, tetapi apabila memakai gelas ukur biasa, maka setiap 10 cm3 setara dengan curah hujan sebesar 1 mm (Ariffin dkk. 2010).
Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, memperlihatkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1 mm, kalau air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Bayong Tjasyono 2004).
Curah hujan sangat kuat terhadap tanah dan tanaman. Terhadap tanah, curah hujan mempengaruhi pengikisan dan pembersihan hara tanah serta mendorong penggumpalan tanah liat. Sedangkan terhadap tanaman, curah hujan mempengaruhi persediaan air tanah yang diharapkan tumbuhan melaui siklus hidrologi (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006).
F. Angin
Angin ialah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin diberi nama ssuia dengan dari arah mana angin datang, contohnya angin timur ialah angn yang tiba dari arah timur, angin maritim ialah angin yang bertiup dari maritim ke darat, dan angin lembah ialah angin yang tiba dari lembah menaiki pegunungan (Bayong Tjasyono 2004)
Angin terjadi lantaran adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang mendapatkan energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang mendapatkan energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit mendapatkan energi panas, yang berakibat akan terjadi fatwa udara pada wilayah tersebut (Sriharto 2000).
Gerakan angin berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah dan kecepatan. Arah angin dilihat dari mana arah angin itu datang, contohnya dari barat yang disebut angin barat (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
Alat yang digunakan untuk mengetahui arah angin dinamakan Wine Vane. Alat ini terdiri dari sebuah jarum penunjuk berbentuk anak panah yang sanggup bergerak bebas sesuai dengan arah atau hembusan angin. Alat ini dilengkapi dengan penunjuk arah mata angin: utara, timur, selatan dan barat. Cara pengematan arah angin dengan melihat kemana arah jarum yang berbentuk panah itu memperlihatkan posisinya (Ariffin ddk. 2010). Sementara itu, kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh gradien barometris, relief permukaan bumi, ketinggian tempat, letak lintang serta panjang siang dan malam. Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Alat ini terdiri atas tiga cangkir (cup) yang dipasang pada ujung tangkai secara horizontal. Bila angin bertiup maka cangkir akan berputar. Perputaran cangkir mengakibatkan penggalan tengah juga berputar dan kecepatan angin sanggup diketahui. Kecepatan angin diukur dalam satuan knots atau kilometer/jam, adakala ditunjukkan dengan skala Beaufort (Ani Anjani dan Tri Haryanto 2009).
Angin memliki efek yang penting juga untuk pertanian. Adanya angin, akan membantu proses penyebaran tepung sari dalam proses pembuahan. Selain itu, angin juga akan mempercepat hilangnya air dan cenderung mengeringkannya (evaporasi), serta bisa mendorong terkikisnya (erosi) tanah yang terbuka (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006). Erosi angin intinya disebabkan efek angin pada partikel-partikel yang ukurannya cocok untuk bergerak dengan saltasi. Erosi angin sanggup dikendalikan; (1) Bila partikel-partikel tanah sanggup dibuat ke dalam kelompok/butiran yang terlalu besar ukurannya untuk bergerak dengan saltasi, (2) Bila kecepatan angin bersahabat permukaan tanah sanggup dikurangi melalui penggunaan tanah, oleh tumbuhan tertutup, (3) Dengan memakai jalur-jalur tunggul/tanaman epilog lain yang cukup untuk menangkap dan menahan partikel-partikel yang bergerak dengan saltasi (Foth 1994).
G. Evaporasi
Penguapan ialah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara eksklusif dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto dkk. 2000).
Evaporasi merupakan proses perubahan dari bentuk cairan menjadi uap air ke atmosfer, baik yang terjadi pada permukaan daratan, perairan maupun vegetasi. Transpirasi ialah proses penguapan sejumlah air ke atmosfer yang terjadi pada jaringan tanaman. Sedangkan evapotranspirasi (ET) ialah adonan dari proses evaporasi dan transpirasi, dan sering terjadi pada tanah yang bervegetasi. Proses evapotranspirasi terdiri atas evapotranspirasi potensial dan aktual. Evapotranspirasi potensial trjadi pada daerah pertanaman dengan kandungan air tanah pada tingkat kapasitas lapang. Sebaliknya kalau keadaan tanah kurang dari kapasitas lapang disebut evapotranspirasi aktual. (Ariffin dkk., 2010)
Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. Metabolisme tumbuhan berlangsung kalau evapotranspirasi terjadi. Evapotranspirasi ialah proses gerakan air dari sistem tanah ke tumbuhan kemudian ke atmosfir (transpirasi) dan gerakan air dari sistem tanah ke permukaan tanah kemudian ke atmosfir (evaporasi). Secara umum evapotranspirasi faktual (E) sanggup dirumuskan sbb :
E = k . [ ψ tanah - ψ atmosfir]/R
dimana k konstanta, ψ tanah, potensial air tanah, ψ atmosfir, potensial air di atmosfir, R, resultan tahanan tumbuhan dan permukaan tanah (Eko Sulistyo dkk. 2005).
Pengaruh radiasi matahari yang kuat, akan meyebabkan penguapan pada tanah pada tempat yang dibuka. Penguapan-penguapan yang terjadi pada animo hujan tidak akan terlalu kuat pada tanah lantaran tanah yang diguyur kembali oleh air hujan pada waktu siang harinya. Penguapan-penguapan yang ahli terjadi pada animo kemarau, akan sangat kuat pada tanah, tanah menjadi kering lantaran selama animo itu tidak ada pengembalian air dari udara dalam bentuk curah hujan (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
Alat yang digunakan untuk mengukur evaporasi ialah Panci Evaporimeter kancah kelas A berbentuk ibarat kolam dengan permukaan lingkaran berdiameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm. Alat ini diletakkan di atas kerangka kayu bercat putih dengan rongga yang cukup pada penggalan bawahnya. Bak selalu terisi air higienis setinggi 20 cm (sejajar dengan ujung paku penunjuk yang terdapat di dalam tabung peredam riak). Pada dasarnya evaporimeter memperlihatkan nilai penguapan dari suatu genangan air higienis di atmosfer terbuka. Pengamatan dilakukan secara rutin pada waktu yang telah ditentukan. Nilai penguapan sanggup dihitung dengan mengaitkan beberapa millimeter jumlah curah hujan yang terjadi. Penggunaaan alat evaporimeter dimaksudkan supaya bisa mengikuti perubahan cuaca terutama radiasi matahari setiap hari (Ariffin dkk., 2010).
H. Awan
Awan merupakan kumpulan titik-titik air yang banyak jumlahnya dan terletak pada titik kondensasi serta melayang-layang tinggi di udara. Awan ini terbentuk apabila pengembunan tidak bersahabat dengan permukaan tanah. Setiap jenis awan mempunyai kelembaban dan suhu masing-masing. Untuk terjadinya hujan perlu adanya awan cumulus, sedangkan awan cumulo nimbus menjadikan hujan besar (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).
Menurut Benyamin Lakitan (1994), terjadinya awan ini sanggup disebabkan oleh adanya inti-inti kondensasi yang banyak sekali pada ruang yang basah. Adanya kenaikan tingkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak inti-inti kondensasi atau sublimasi dan adanya pendinginan. Sehingga hasil kondensasi tersebut akan terkumpul terbentuk awan.
Awan kumulus ialah awan yang bentuknya ibarat bunga kol. Awan ini terjadi lantaran proses konveksi. Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu awan kumulus yang gres tumbuh, kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung menjadi satu (Suroso 2005).
Awan Stratus ialah awan yang berwarna keabu-abuan yang biasanya menutupi seluruh langit. Kita menyebutnya langit mendung.Awan ini ibarat kabut yang tak mencapai tanah.Terkadang gerimis mengiringi awan stratus.Kalau menghasilkan hujan, namanya ialah nimbo stratus.Kalau kau lihat, awan itu sering berupa adonan dari jenis-jenis di atas. Cirrus, misalnya, bisa menjadi membuktikan angin ribut akan datang, bila awan menebal menjadi cirro stratus yang menutupi langit (Rachmad Jayadi 2000).
Awan cirrus berbentuk ibarat serabut atau bulu ayam yang halus memanjang di langit. Awan Cirrus mempunyai ketinggian antara 7–13 km. Suhu awan Cirrus sangat rendah, bisa beberapa derajat di bawah 0°C. Awan Cirrus terdiri atas kristal-kristal es yang sangat kecil dan berwarna putih higienis (Eni Anjayani dan Tri Haryanto, 2009). Sering pula terdapat kristal es tapi tidak sanggup menimbulkan hujan(Ariffin dkk. 2010).
Adanya awan akan mencegah radiasi penuh matahari mencapai permukaan bumi, akan mengurangi masukan energi dan dengan demikian memperlambat proses evaporasi. (Wilson 1993).
Referensi :
