Inilah Pengendalian Virus Tungro Pada Flora Padi Sawah
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/01/inilah-pengendalian-virus-tungro-pada.html
Kecamatan Padang Gelugur dengan luas sawahnya yang mencapai 3000 ha menimbulkan tempat ini merupakan tempat pusat penghasil beras utama di Pasaman. Namun akhir-akhir ini terjadi penurunan produksi akhir banyak sekali faktor, salah satu yang utama yakni serangan penyakit virus tungro. Oleh lantaran itu maka perlu dipahami oleh petani alasannya yakni dan penularan virus ini serta upaya untuk mengendalikannya dilapangan. Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens) sebagai vektor (penular) utamanya. Menyerang pada fase pertumbuhan vegetatif dan menimbulkan tumbuhan tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.
Gejala Serangan Tungro
Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terjangkit sering berwarna kuning hingga kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat hingga putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun.
Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang jika daun yang lebih bau tanah terinfeksi.
Malai yang terjangkit jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna. Pembungaan dari tumbuhan yang terjangkit jadi tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna.
Pengendalian Virus Tungro
Penggunaan Varietas tahan. Penggunaan varietas tahan menyerupai Tukad Unda merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tungro. Pergiliran varietas padi, penting untuk mengurangi gangguan ketahanan.
Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sumber penyakit dan menghancurkan telur dan tempat penetasan wereng hijau. Bajak segera sesudah panen jika tumbuhan sebelum-nya terjangkit penyakit.
Pengaturan persemaian. Pada ketika persemaian benih disebar paling cepat 5 hari sesudah pengolahan tanah, mengingat virus tungro yang ada di tunggul padi dan badan wereng hijau telah hilang sesudah periode waktu tersebut.
Pada tempat kronis tungro, persemaian ditutup dengan kain kasa supaya kondusif dari serangan wereng hijau atau sebelum melaksanakan penyebaran benih sebaiknya tanah diberi insktisida materi aktif carbofuran (Curater) sebanyak 4 kg/500 m2 dengan cara dibenamkan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Bibit sebaiknya tidak memakai dari tempat yang terdapat serangan tungro. Bibit yang terinfeksi tungro harus dicabut dan lalu dimusnahkan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.
Mengurangi pemencaran vektor (penular virus). Kondisi air sawah tetap dijaga macak-macak, alasannya yakni sawah yang kering memicu pemencaran wereng hijau, sehingga memperluas penyebaran tungro.
Perbaikan teladan tanam. Usahakan tanam serentak minimal pada luasan 20 ha dan menanam palawija di antara trend tanam padi atau menanam
palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami. Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris sanggup menekan pemencaran wereng hijau sehingga mengurangi penularan tungro.
Bera atau rotasi. Pertanaman padi terus-menerus akan meningkatkan populasi wereng hijau sehingga sulit mencegah abses tungro. Adanya periode bera atau tanam lain selain padi sanggup mengurangi populasi wereng hijau dan abses tungro.
Pemantauan bahaya ketika tumbuhan muda. Amati tumbuhan bergejala tungro. Apabila terdapat lima tanda-tanda penularan tungro dari 10.000 rumpun tumbuhan ketika berumur 2 MST atau satu tanda-tanda tungro dari 1.000 rumpun tumbuhan ketika berumur 3 MST maka tumbuhan terancam. Cabut tumbuhan bergejala segera lakukan pengendalian kuratif dengan insektisida in-organik
Konservasi musuh alami dan pengendalian hayati. Pengendalian tungro dengan insektisida nabati menyerupai Sambilata, Mimba, dan patogen serangga menyerupai Metharizium harus dilakukan dini semenjak tumbuhan umur semenjak di pesemaian dan diulang secara periodik minimal seminggu sekali hingga tumbuhan padi melewati fase peka abses (45 MST), alasannya yakni secara alamiah umumnya perkembangan musuh alami terlambat dibanding wereng hijau.
Penggunaan pupuk secara berimbang dan tidak berlebihan terutama pupuk urea
Pengendalian kuratif dengan insektisida in-organik. Apabila menurut hasil monitoring ketika tumbuhan muda diketahui tumbuhan terancam, vektor perlu segera dikendalikan dengan insektisida-inorganik yang memiliki kemampuan membunuh cepat menyerupai insektisida dengan materi aktif imidacloprid (Winder), tiametoksan, etofenproks, atau karbofuran (Curater), BPMC (Baycarb)