Inilah Benih Bibit Unggul Tomat
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/03/inilah-benih-bibit-unggul-tomat.html
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Benih bibit unggul ialah benih yang dikembangkan melalui persilangan dua induk dengan ciri-ciri tertentu, dan hasilnya disilangkan kembali diantara keturunan-keturunan beberapa kali dan proses persilangan merupakan diam-diam perusahaan. Hasil persilangan terakhir menunjukkan ciri-ciri keunggulan hanya sekali tanam saja, artinya keturunan tersebut ditanam ulang maka keunggulan tersebut akan hilang. Benih ini yang dipasarkan dalam skala global.
Fakta menunjukkan bahwa produktivitas benih bibit unggul bisa lebih tinggi dari benih OP. Bahkan produktivitas benih bibit unggul bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan benih OP. Hal ini bersahabat kaitannya dengan sifat yang diturunkan benih bibit unggul tersebut yang sebagian besar lebih mengutamakan peningkatan produksi. Tidak hanya terjadi pada benih jagung, padi, namun juga pada sayuran. Namun demikian, pemilihan benih antara bibit unggul dengan OP tentu saja dikembalikan pada si pembuat keputusan. Karena bisa jadi tingginya hasil per tumbuhan yang ditunjukkan produktivitasnya sangat penting atau tidak penting bagi petani tersebut. Sebagai contoh, bila di suatu tempat konsumen yang mayoritasnya menyukai semangka tipe besar dan berat tentu saja akan mendorong petani untuk menentukan benih semangka yang mempunyai hasil per tumbuhan paling tinggi walaupun kualitas buah itu sendiri masih kurang dibandingkan yang lain. Namun berbeda dengan tempat konsumen yang lebih menyukai semangka dengan rasa sangat manis, segar dan daging merah. Tentu saja benih semangka yang produktivitasnya tinggi tersebut menjadi tidak begitu penting lantaran yang dipilih petani ialah semangka dengan buah ukuran sedang, namun kualitasnya tinggi (rasanya manis, enak, dan menyegarkan).
Biaya Seperti yang telah disinggung sebelumnya, untuk mendapat benih bibit unggul dibutuhkan proses yang panjang supaya diperoleh hasil terbaik. Untuk itu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam penelitan dan pengembangannya., sehingga masuk akal apabila harga benih bibit unggul jauh lebih tinggi dibandingkan harga benih OP. Perbedaaan biaya ini bersahabat kaitannya dengan biaya pembuatan benih, dan biaya riset. Namun demikian haruslah diakui bahwa petani tidak akan merasa dirugikan untuk membayar harga tinggi dari benih bibit unggul tersebut apabila hasilnya sesuai dengan yang diinginkan contohnya berkaitan dengan hasilnya yang tinggi, maupun kualitas buah yang dihasilkan. Artinya tingginya harga benih bibit unggul tidak akan sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan apabila hasil yang diperoleh memuaskan sesuai dengan keunggulan dari varietas tersebut. Kualitas benih bibit unggul hanya bisa terbukti di lapangan ketika benih tumbuh menjadi tanaman, berapa persentase yang tumbuh? Bagaimana keseragamannnya? Bagaimana kesesuaian tumbuhan dengan spesifikasi benih yang ditawarkan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam menentukan benih hibrida, pengujian sampel performance dari beberapa benih yang ada sebelum memutuskan untuk membeli ialah cara yang bijaksana supaya hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan kenyataan diatas maka pemilihan benih OP maupun bibit unggul tetap dikembalikan pada pembuat keputusan. Masing-masing jenis benih mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pertimbangan biaya yang besar dari harga benih bibit unggul sanggup ditutupi (di-cover) dari produktivitas yang dihasilkan. Namun tentu saja hal ini didukung dengan kualitas benih hibrida, pemeliharaan tanaman, faktor non teknis (adanya musibah hama penyakit atau peristiwa alam) dan lain-lain. Setidaknya pemilihan benih bibit unggul berkualitas merupakan awal yang baik dalam usahatani.
b. Tujuan
Untuk mengetahui keunggulan dan kerugian serta cara proses produksi pada benih Hibrida tomat
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi Tanaman Tomat
Klasifikasi Tanaman Tomat
tomat |
Kingdom | Plantae |
Difisi | Spermatophyta |
Subdivisi | Angiospermae |
Kelas | Dicotyladonae |
Ordo | Solamales |
Famili | Solaneceae |
Genus | Lycopersicon (Lycopersicum) |
Species | Licopersicon esculentum Mill |
Buah tomat ketika ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha bila dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien. Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian, Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990).
Namun seringkali terjadi penanaman tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Oleh lantaran itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas unggul.Kemampuan tomat untuk sanggup menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menjadikan produksi tomat rendah ialah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi hambatan tersebut ialah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya tumbuhan yang diharapkan sanggup meningkatkan hasil dan kualitas tomat ialah pemilihan benih tomat.
Kata tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai gulma. Penyebaran tumbuhan tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan kotorannya tersebar kemana-mana. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia setelah kedatangan orang Belanda. Dengan demikian, tumbuhan tomat sudah tersebar ke seluruh dunia, baik di kawasan tropik maupun subtropik. Tanaman tomat termasuk tumbuhan semusim yang berumur sekitar 4 bulan.
Dari sekian banyak varietas tomat yang ada, yang banyak ditanam petani ialah tomat varietas ratna, berlian, precious 206, kingkong dan intan. Sedangkan dari hasil survei yang telah dilakukan di lapangan varietas yang dipakai ialah varietas Artaloka. Tanaman tomat merupakan serpihan dari komponen pangan telah terbukti memberi nilai lebih kepada petani yang membudidayakan tumbuhan ini. Umur produksi yang pendek, tingkat kebutuhan yang selalu meningkat, serapan pasar yang cenderung bertambah dari waktu kewaktu merupakan beberapa hal yang turut membuat peluang positif bagi para petani.
Sebagai serpihan dari tumbuhan pangan, tumbuhan ini juga turut berkontribusi terhadap ketahanan pangan dunia secara umum, sumber pendapatan prospektif petani secara khusus. Ditunjang dengan kondisi nilai poduk dan kondisi pasar yang positif, akan turut memperkuat daya dukung kesejahteraan petani khususnya yang membudidayakan tumbuhan ini. Hal ini akan turut berkontribusi pada diversifikasi penyediaan produk-produk pangan bagi dunia, pada kesudahannya akan turut memperkuat ketahanan pangan dunia.
Proses pembuatan Benih Hibrida Tanaman Tomat
Benih bibit unggul merupakan benih hasil persilangan antara dua varietas tumbuhan sejenis yang berbeda sifat induknya untuk didapatkan sifat unggul dari masing-masing induknya. Misalnya persi-langan antara tomat a dengan tomat b. Meskipun sama-sama tomat namun keduanya berbeda sifatnya contohnya tomat a bersifat buah lebat tapi tidak tahan penyakit. Sedangkan tomat b ialah buahnya sedikit namun tahan penyakit. Seorang breeder akan berusaha mendapat tomat unggul dengan menggabungkan kedua sifat unggul tersebut sehingga didapatkan tomat yang berbuah banyak sekaligus tahan penyakit. Proses untuk mendapat sifat unggul tersebut sangatlah panjang, bahkan tidak jarang ditemui kebuntuan. Varietas yang melahirkan sifat unggul itulah yang dinamakan dengan bibit unggul (F1). Meskipun sudah didapat varietas tersebut, tidak serta merta pribadi dilepas ke pasaran lantaran ada tahapan-tahapan khusus yang harus dilalui supaya benih tersebut bisa dijual bebas. Diantaranya proses purity (kemurnian), kemampuan pembiasaan tumbuh, serta pengujian multilokasi. Penemuan sifat unggul yang membutuhkan proses panjang memang membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga masuk akal apabila harganya bisa lebih mahal dari benih OP maupun komposit. Turunan dari benih bibit unggul yaitu (F2) yang merupakan hasil perkawinan F1 x F1 akan menghasilkan tumbuhan yang tidak menyerupai benih bibit unggul lagi lantaran dalam F2 tersebut semua sifat-sifat yang diwarisi leluhurnya akan kembali muncul baik itu sifat lebih banyak didominasi (sifat unggul) maupun resesifnya (sifat lemah). Sehingga sangat tidak disarankan bagi petani untuk memakai benih dari turunan hibrida.
Kultur Teknis Persiapan Tanam Tomat Hibrida
Setelah tanah diolah dengan baik dan dibentuk bedengan dengan lebar 1 m tinggi 20 cm pada demam isu kemarau dan 35 cm pada demam isu penghujan, jarak antar bedengan 50 cm untuk memudahkan drainase pada demam isu penghujan. Mulsa plastik atau jerami sanggup dipakai untuk menutupi permukaan tanah. Bila temperatur >28°C, mulsa plastik harus ditutupi jerami. Jumlah tumbuhan ialah 33 000/ha untuk indeterminat, dan 16 000/ha untuk determinat.
Hal yang dilakukan yaitu :
Perlakuan benih.
Diperkirakan 250 g benih (sekitar 70.000 biji) diharapkan untuk tipe indeterminat dan 125 g untuk tipe determinat diharapkan untuk 1 ha. Benih disemai di pesemaian atau baki pesemaian sedalam 0,5 cm, 750 - 900 biji/persemaian. Bila sudah berdaun 2 (8 hari setelah semai), semaian dibumbun, dan dipelihara di persemaian.
Pemupukan
Untuk hasil yang optimum, tumbuhan tomat perlu diberi pupuk organik dan anorganik. Total N (kg/ha) yang diharapkan untuk mencapai sasaran hasil buah diperkirakan dengan kelipatan 2,4. Sedangkan untuk P205 dan K20 diperkirakan dengan kelipatan pengambilan N masing masing dengan 0,35 dan 1,45. Sebagai contoh: untuk potensi hasil tomat 40 ton/ha iperlukan 40 x 2,4 = 96 kg N. Utuk P205 96 x 0.35 = 34 kg, dan K20: 96 x 1.45 =140 kg. Di kawasan Tropis biasanya pemupukan berkisar 60 -120 kg N/ha, 60-140 kg P205/ha dan 60-120 kg K20 /ha, setengahnya diberikan sebagai pupuk dasar dan sisanya diberikan sebagai pupuk susulan pada pembentukan buah pertama
Pengairan
Diperlukan pengairan cukup pada setiap stadia pertumbuhan tomat terutama untuk tipe indeterminat. Pengairan diharapkan terutama dalam periode satu bulan setelah pemindahan ke lapangan. Bila perakaran sudah berkembang, pengairan yang lebih diperlukan, akan tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang, diubahsuaikan dengan kebutuhan. Tanaman tomat tidak tahan terhadap genangan air, lantaran itu harus segera dikeringkan antara 1-3 hari.
Pemeliharaan.
Turus diberikan supaya tumbuhan tidak menyentuh tanah, dan menambah ukuran dan jumlah buah, memudahkan penyemprotan dan mengurangi bacin buah. Pada tipe indeterminat, pinjaman turus memudahkan pemangkasan dan pemeliharaan lainnya. Pemangkasan tunas untuk membatasi tunas yang tumbuh sanggup mempercepat kematangan buah, mendorong keseragaman buah dan ukuran buah yang lebih besar, memperbaiki sirkulasi udara diantara kanopi tumbuhan yang memudahkan penyemprotan dan mengurangi penyakit. Pemangkasan sanggup juga dilakukan terhadap bunga, sehingga buah yang dihasilkan berukuran lebih besar dan seragam sesuai dengan yang diharapkan atau harga. Gulma sanggup menyaingi cahaya, air dan hara, serta sanggup menjadi inang patogen. Penyiangan dengan manual atau penggunaan mulsa organik sanggup dilakukan.
E. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Periksalah terjadinya serangan hama dan penyakit di lapangan sebelum mengambil tindakan pengendalian. Gunakan pestisida yang sesuai dan sempurna untuk sasaran sasaran, serta sesuaikan dengan tawaran keselamatan mausia dan lingkungan. Penyakit yang biasa menyerang tumbuhan tomat, antara lain : Busuk daun (Phytophthora infestans), Xanthomonas campestris pv. Vesicatoria, Alternaria solani, Stemphyllium solani, Ralstonia solanacearum, Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysforum f.sp lycopersici, Tomato Yelow Leaf Curl Virus (TYLCV). Sedangkan hama yang biasa menyerang tomat: ulat buah (Helicoverpa armigera), nematoda bisul akar (Meloidogyne incognita, M. Javanica, M. Arenaria). Selain penggunaan pestisida, pengendalian hama dan penyakit sanggup dilakukan juga dengan rotasi tanaman, menanam varietas yang resisten, penggunaan sprikler (bemissia), drainase, pH tanah di atas 5.5, dengan penyiraman yang teratur, pemupukan dengan larutan pupuk ZA 0,5% (0,5 g/I), 0,25% urea atau 0,1% larutan nitrophoska. Penyemprotan fungisida menyerupai Captan atau Thiram utuk mengurangi damping off. Hama seperti: Bemissia, thrips dan aphids sanggup menularkan virus. Untuk menghindarkannya, tutupi pesemaian dengan kain jala 60 mesh. Bila semaian sudah mempunyai 4-5 daun, tambah penyinaran 6-9 hari sebelum semaian dipindahkan ke lapangan.
Panen
Tomat sanggup dipanen pada beberapa stadia buah, tergantung keperluan pasar dan pemasarannya. Untuk pengangkutan jauh, tomat sanggup dipanen pada stadia breaker (tidak lebih dari 10% permukaan buah berwarna kekuningan, merah muda atau merah. Penanganan paska panen akan mempengaruhi kualitas buah. Hindarkan kerusakan buah, dan jangan mencampur buah yang rusak dengan buah yang mulus. Panen sebaiknya dilakukan pada cuaca sejuk di pagi hari. Tempatkan buah pada tempat sejuk dan terlindung dengan ventilasi yang balk, serta kelembaban 85 - 90%.
Produksi Benih Hibrida Tomat
A. Persyaratan Tanah
pH tanah harus dipertahankan pada 6,5 kalau perlu dengan pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pinjaman kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetatif.
B. Isolasi
Tomat merupakan tumbuhan menyerbuk sendiri, akan tetapi penyerbukan silang sanggup terjadi lantaran selalu ada kemungkinan serangga membawa tepung sari dari luar, atau adanya serangga yang bisa menyerbukkan silang, atau bunga dengan putik yang panjang hingga memungkinkan terjadinya serbuk silang. Jarak isolasi minimum antara varietas yang berbeda antara 30 - 200 m, untuk menghindarkan pencampuran sewaktu panen. Untuk varietas hibrida, jarak yang diharapkan tidak lebih dari 2 m.
C. Roguing
Tanaman yang menyimpang secara morfologis harus dicabut dan dibuang. Roguing dilakukan sebelum pembungaan, pada masa pembungaan awal, dan pada ketika buah pertama matang.
D. Panen dan Prosesing Benih
Buah matang dipanen, terutama buah hasil persilangan dipanen dari galur betina yang biasanya terdapat label pada kalik. Buah matang dipotong melintang, kemudian dikeluarkan biji dengan lapisan beningnya ke dalam wadah yang disediakan. Pisahkan kulit dan serpihan buah yang terbawa. Biji kemudian difermentasi hingga 3-5 hari pada 20-25°C. Bila lapisan bening sudah pecah, biji dikocok beberapa kali untuk proses fermentasi yang seragam dan mencegah perubahan warna biji. Proses fermentasi jangan hingga melampaui masa pecahnya lapisan bening biji, lantaran sanggup menjadikan perkecambahan dini. Biji kemudian dicuci dengan air kemudian saring, dan hal ini dilakukan beberapa kali hingga biji bersih. Pengeringan sanggup dilakukan setelah air ditiriskan melalui kain, kemudian biji dihamparkan pada ganjal yang sesuai dan dikeringkan di bawah sinar matahari, sesekali dibalikkan. Benih yang kering kemudian disimpan di tempat kering dan kedap udara, menyerupai halnya menyimpan benih sayuran lainnya.
E. Faktor Positif dan Negatif benih Hibrida
Umumnya, pembibitan tomat dilakukan dengan memakai biji. Supaya kualitas dan kuantitas produksi terjamin, gunakan benih tomat unggul bibit unggul yang sudah banyak dijual di pasaran. Faktor posotif dari benih tomat bibit unggul sebagai berikut.
- Pertumbuhan tumbuhan sangat cepat dan berumur genjah.
- Sangat responsif terhadap perlakuan pemupukan tinggi.
- Buah yang dihasilkan lebih berkualitas dan bobotnya lebih berat dibandingkan dengan tomat biasa.
- dengan perlakuan yang sama, produksi setiap tumbuhan dan setiap luas tanam lebih besar dibandingkan dengan tomat biasa.
Sementara itu, faktor negatif dari benih tomat bibit unggul sebagai berikut.
- Peka terhadap serangan hama dan pengakit.
- Biaya yang diharapkan untuk perawatan cukup besar lantaran membutuhkan perawatan yang intensif.
- Bibit dari tumbuhan sendiri atau F2, F3, dan seterusnya tidak bisa ditanam kembali lantaran kualitas dan kuantitasnya akan menurun atau tidak sebaik induknya.
DAFTAR PUSTAKA
Tugiyono, Herry. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya: Jakarta.
Memperkokoh Sistem Pertanian Nasional. Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip Semarang. 21 pp.
Sutopo L, 1990. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Raymond AT. George.1999. Vegetable Seed Production. CABI Publishing: 214-230.