Loading...

Inilah Panduan Budidaya Jambu Mete

Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil  Tenggara inilah  Panduan Budidaya Jambu Mete
1. SEJARAH SINGKAT

Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke tempat tropis dan subtropis lainnya ibarat Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di tempat Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.

2. JENIS TANAMAN

Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) sanggup digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu sanggup diolah menjadi beberapa bentuk olahan ibarat sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut berkembang menjadi hitam. Cairan ini sanggup dipakai untuk materi tinta, materi pencelup, atau materi pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga mempunyai kegunaan sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk materi perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete mempunyai kegunaan sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di tempat Jawa Barat. Daun yang renta sanggup dipakai untuk obat luka bakar.

4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim
1) Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tumbuhan jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah jika dinaungi tumbuhan lain.
2) Suhu harian di pusat penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan maksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif jika ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.
3) Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban nisbi antara 70-80%. Akan tetapi tumbuhan jambu mete masih sanggup bertoleransi pada tingkat kelembaban 60-70%.
4) Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tumbuhan jambu mete. Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan yakni serangga lantaran serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.
5) Daerah yang paling sesuai untuk akal daya jambu mete ialah di tempat yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60>

5.2. Media Tanam
1) Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete yakni tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.
2) Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapimasih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.

5.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia tumbuhan jambu mete sanggup tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya hingga 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan
Budidaya jambu mete sanggup diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan. Biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji mete untuk benih yakni :
a) Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan isu terkini panen.
b) Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.
c) Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu kemudian dicuci bersih, kemudian disortir.
d) Biji mete dijemur hingga kadar air 8-10%.
e) Bila dikemas dalam kantong plastik, fatwa udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
f) Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling usang 8 bulan.
g) Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.

6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tumbuhan jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu mete sanggup tetap sanggup hidup dan berproduksi dengan baik. ketika tanam jambu mete yakni awal isu terkini hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di isu terkini kemarau.
2) Pembukaan lahan
Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari dan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum isu terkini hujan. Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.
3) Pemupukan
Pemberian pupuk sangkar dimulai semenjak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tumbuhan masih kecil, pemupukan dengan pupuk sangkar itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar bundar daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk sangkar dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah.

6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pada akal daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap satu ha lahan jumlah total tumbuhan yang diharapkan sebanyak 69 batang. Jarak tanam sanggup dibentuk dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tumbuhan yang diharapkan yakni 276 batang/ha. Kerapatan tumbuhan kemudian dijarangkan pada umur 6-10 tahun. Untuk efisiensi lahan, sanggup diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tumbuhan bernilai hemat sanggup dimanfaatkan sebagai tumbuhan sela. Sebagai pola yakni tumbuhan palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete yang berasal dari pencangkokan sanggup ditanam dengan jarak 5 x 5 m, jika jarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya sanggup diterapkan di lahan datar. Di lahan miring harus diadaptasi dengan garis kontur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Cara menciptakan lubang tanam:
a) Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat, ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapat lapisan cadas, harus ditembus, semoga akar sanggup tumbuh tepat dan terhindar dari genangan air.
b) Pada waktu penggalian lubang, lapisan tanah penggalan atas dipisahkan ke arah Utara dan Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.
c) Lubang tanam dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang, tanah lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yang telah bercampur dengan pupuk sangkar ± 1 pikul.
d) Di lubang tanam yang telah ditimbun dibentuk ajir semoga lubang tanam gampang ditemukan kembali.
3) Cara Penanaman
Penanaman sanggup dilakukan 4–6 ahad sehabis lubang tanam disiapkan. Untuk mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada isu terkini kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:
a) Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang menempel pada akar dijaga jangan hingga berserakan semoga perakaran bibit tidak rusak.
b) Penanaman dilakukan hingga sebatas leher akar atau sama dalamnya ibarat sewaktu masih dalam persemaian. Bila memakai bibit dari okulasi dan sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusak sebaiknya dipotong.
c) Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan semoga tidak sanggup terdapat rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu diberi penyangga dari bambu semoga sanggup tumbuh tegak.

6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiraman
Bibit yang gres ditanam memerlukan banyak air. Oleh lantaran itu tumbuhan perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan hingga menggenangi tanaman.
2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan setalah tumbuhan berumur 2-3 tahun. Apabila tumbuhan berumur = 3 tahun maka pertumbuhan tumbuhan sulaman umumnya kurang baik atau akan terhambat.
3) Penyiangan dan Penggemburan
Bibit jambu mete mulai berdaun dan bertunas sehabis 2-3 bulan ditanam. Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit.
Akibatnya, akar tumbuhan tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di sekitar tumbuhan perlu digemburkan.
4) Pemupukan
Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit melingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (± 20 kg). Pupuk dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan pupuk buatan.
5) Pemangkasan
Cara pemangkasan tumbuhan jambu mete dilakukan sebagai berikut:
a) Tunas-tunas samping pada bibit terus-menerus dipangkas hingga tinggi cabang mencapai 1 - 1,5 m dari tanah.
b) Pilih 3 - 5 cabang sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .
c) Pemangkasan ini dilakukan sebelum tumbuhan berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan sehabis tumbuhan berbuah.
6) Penjarangan
Penjarangan dilakukan sedikit demi sedikit pada ketika tajuk tumbuhan saling menutupi. Apabila jarak tumbuhan 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka tajuk tumbuhan diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada ketika itu penjarangan mulai dilakukan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama
Hama yang sering menyerang tumbuhan jambu mete yakni hama pengisap daun, nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulat perusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan Dimecron dengan takaran 2cc atau 2 gram/liter air.
1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Pada tumbuhan terlihat kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam bercakbercak putih, kepala dan ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya ditumbuhi rambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu, fase kepompong 3-5 minggu. Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan yang hebat, daun sanggup habis sama sekali, tetapi tumbuhan tidak mati; tumbuhan tidak akan menghasilkan buah, dan gres pulih sehabis 18 bulan. Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan takaran 1,0 - 1,5 ml/liter air.
2) Helopeltis sp.
Tubuh imago berwarna hitam, kecuali abdomen penggalan belakang sebelah bawah berwarna putih. Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapat bercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera mengering dan diikuti dengan gugurnya daun. Pengendalian: (
1) melalui teknik bercocok tanam, contohnya dengan mengurangi tumbuhan inang atau tumbuhan peneduh;
2) dengan insektisida Agroline dengan takaran 0,2 % atau Thiodan dengan takaran 0,02 %.
3) Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)
Gejala: mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daun akan gugur/rontok dan tumbuhan sanggup mati. Pengendalian: (1) dengan menangkap ulat penggerek tersebut; (2) dengan mengolesi sekitar permukaan batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).
4) Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)
Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang buah renta isinya belum penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang tepat, alasannya yakni larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hama sanggup diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan memakai Karbaril 0,15%.

7.2. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang yakni penyakit busuk batang dan akar, penyakit bunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini sanggup dibasmi dengan Fungisida Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
1) Penyakit layu
Penyakit ini muncul jika tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.
Penyebab: jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala: jika tumbuhan tiba-tiba menjadi layu. Pengendalian: (1) dengan memperbaiki lingkungan pembibitan, ibarat memperdalam parit pembuangan air dan mengurangi naungan yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M 45 secara teratur dan terencana.
2) Daun layu dan kering
Penyebab: basil Phytophthora solanacearum. Gejala: secara mencolok daundaun berubah warna dari hijau menjadi kuning kemudian gugur; beberapa cabang meranggas dan tumbuhan akibatnya mati; jaringan kayu pada batang yang terjangkit di bawah kulit berwarna hitam atau biru renta dan berbau busuk.
Pengendalian: tumbuhan yang terjangkit penyakit ini harus dibongkar hingga ke akar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke tumbuhan lain; pencegahan harus secara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian harus bebas dari kontaminasi basil dan karantina tumbuhan dilakukan secara konsekuen.
3) Bunga dan buah busuk
(1) Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit buah hitam dan busuk. (2) Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp, Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. Gejala: permukaan kulit buah & kulit biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk. (3) Penyebab : Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit biji busuk dan hitam. Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2) untuk memberantas jamur benalu ini beberapa fungisida yang efektif yakni Dithane M-
45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah renta yakni sebagai berikut:
a) Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.
b) Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.
c) Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma buahnya ibarat aroma stroberi.
d) Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.
Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete sanggup dipanen untuk pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah sanggup dipetik pada umur 60-70 hari semenjak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan November hingga bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.

8.2. Cara Panen
Sampai ketika ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di banyak sekali pusat jambu mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.
a) Cara lelesan
Dilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah renta tetap di pohon dan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon semoga buah yang renta berjatuhan.
b) Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah eksklusif dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan sanggup dibantu dengan galah dan tangga berkaki tiga.

8.3. Prakiraan Produksi
Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun sanggup menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete bekerjsama masih sanggup berproduksi hingga umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya yakni pada umur 25-30 tahun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan
Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebut antara lain dipengaruhi oleh varietas tumbuhan jambu mete yang berbeda dan perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya varietas tumbuhan jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia menjadikan mutu mete yang dihasilkan sangat bermacam-macam baik mengenai ukuran
gelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.

9.2. Pengolahan Gelondong Mete
Pengolahan gelondong mete sanggup dilakukan melalui tahapan berikut ini:
a) Pemisahan gelondong dengan buah semu
b) Pencucian
c) Sortasi dan pengelasan mutu
d) Pengeringan
e) Penyimpanan

9.3. Pengolahan Kacang Mete
Urutan pengolahan kacang mete adalah:
a) Pelembaban gelondong mete
b) Penyangraian gelondong mete
c) Pengupasan kulit gelondong mete
d) Pelepasan kulit ari
e) Sortasi dan pengelasan mutu
f) Pengemasan

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Jambu mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnya meningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga lebih dari 20 tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga kelestarian tanah dan air, setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5 kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,- (tahun 1988)

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup
Mutu kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna. Selain itu juga faktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu kacang mete, terutama dalam hubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh faktor intrinsik alami, varietas tumbuhan dan faktor ekstrinsik ibarat tumbuhnya jamur pada kacang dan proses pengolahannya.

11.2.Diskripsi
Biji Mete kupas (Cashew Kernels) yakni biji dari buah tumbuhan jambu mete yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang mete di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2906-1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis/kelas mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapun standar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:
a) Kulit ari
b) Biji terkena CNSL
c) Serangga
c) Biji berulat
d) Biji busuk
e) Biji bercendawan/jamur
f) Benda-benda asing
g) Warna (Kelas I: ke-putih-putihan)
h) Bobot maksimum dalam gram/biji: I = 5 gram/biji; II = 5 gram/biji; III = 10 gram/biji.
h) Kadar air dalam maksimum %: I = 16%; II = 15% ; III = 15%.
i) Keutuhan biji mete ( utuh, belah, pecah, tidak termasuk biji utuh)

11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/karton dengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap peti/karton diambil pola kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua penggalan diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali hingga mencapai pola seberat 1000 gram
Contoh kemudian disegel dan diberi label.

11.5.Pengemasan
Pengemasan tidak sanggup meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanya mempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh lantaran itu hanya produk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk yang ada dalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan benjol bagi produk yang masih sehat. Akibatnya produk tidak akan laris di pasaran.
Kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida. Kaleng kemasan yang dipakai sama dengan kaleng minyak tanah atau minyak goreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih, kering, kedap udara dan tidak bocor, serta harus bebas dari benjol serangga dan jamur serta tidak karatan. Bagian luar peti/karton pembungkus ditulis dengan cat yang tidak gampang luntur dan
jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang.
c) Nama perusahaan/eksportir.
d) Jenis mutu.
e) Nomor kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Negara/tempat tujuan.
Jambu 3242578606465502595

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item
close
Banner iklan   disini