Inilah Teknik Budidaya Markisa Berkualitas
https://petaniokesip.blogspot.com/2019/06/inilah-teknik-budidaya-markisa.html
Tanaman markisa (passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut sekurang-kurangnya 50 diantaranya sanggup dikonsumsi buahnya. Diantara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar negeri yaitu passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow granadilla fruit atau meracuja.
Jenis tumbuhan markisa yang dimaksud dalam lending model ini yaitu markisa asam untuk industri yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims)
Lokasi
Tanaman markisa merupakan tumbuhan subtropis, sehingga kalau ditanam di Indonesia harus di daerah-daerah yang memiliki ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 – 90%, suhu lingkungan antara 20 – 30oC, tidak banyak angin.
Tanah
Tanaman markisa sanggup tumbuh di banyak sekali jenis tanah, terutama pada yang gembur, memiliki cukup materi organik, memiliki pH antara 6,5 – 7,5 dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tumbuhan markisa yaitu dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, kalau lebih harus dibentuk terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.
Pembibitan
Tanaman jenis tumbuhan yang umum dibudidayakan oleh petani yaitu jenis markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini memiliki batang yang kecil, perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang memiliki batang yang cukup besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya kurang disukai alasannya rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh alasannya itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata jadinya cukup memuaskan.
Dalam model kelayakan perjuangan budidaya markisa ini disarankan biar plasma menanam markisa dengan bibit sambungan dan untuk semua besaran teknis yang diberikan berikut ini, ditunjukkan untuk budidaya tumbuhan markisa.
Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah, yaitu acara mulai dari land clearing hingga lahan siap tanam. Untuk acara tersebut diharapkan tenaga kerja sekitar 95 HOK per ha. Selanjutnya di buat lubang tumbuhan dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Untuk pembuatan lubang tersebut 1 HOK sanggup menuntaskan 30 lubang perhari.
Penanaman
Jarak tanam yang dipakai yaitu 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tumbuhan dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya yaitu 1.000 pohon per ha.
Tanaman markisa yaitu tumbuhan merambat, untuk itu perlu dibuatkan tiang rambatan. Tiang rambatan sanggup dibentuk dari pohon hidup, contohnya lamtoro, tonggak kayu atau bambu. Cara rambatan lain dengan menggunakan kawat yaitu diantara dua tiang disambungkan sebuah kawat rambatan yang berdiameter berkisar 3 mm.
Sesuai hasil penellitian yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Hortikultura Berastagi, penggunaan tiang rambatan dengan pucuk bambu (tanpa kawat) memperlihatkan efek yang baik terhadap pertumbuhan tumbuhan markisa serta jumlah buah dan berat buah per pohon dibandingkan dengan tiang rambatan dengan penggunaan kawat (sistem para-para tiang jemuran dan sistem menggunakan kawat).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan interval 3 kali per tahun pada bulan November s/d Mei. Jenis pupuk yang dipakai yaitu pupuk makro, yaitu urea dengan takaran 800 – 900 gram/pohon/tahun, TSP yaitu 60 – 120 gram/pohon/tahun dan KCl dengan takaran 800 – 1.200 gram/pohon per tahun, tergantung dari umur tanaman. Untuk tanah yang masam sebaiknya diberi dolomit dengan takaran 200 – 500 gram per pohon per tahun. Selain itu diharapkan juga pupuk organik yang diberikan dengan takaran 40 kg per pohon per tahun. Pupuk organik biasanya di berikan sebagai pupuk dasar diberikan sebagai pupuk dasar.
Kebutuhan tenaga kerja yang diharapkan tersebut yaitu 8 – 12 HOK per ha per tahun, untuk pemupukan.
Plant Maintenance
Pemeliharaan tumbuhan yang dilakukan yaitu acara penyiangan, pengairan dan pemangkasan tanaman. Penyiangan tumbuhan dilakukan secara terpola untuk menggemburkan tanah dan mencabut rumput yang ada disekitar tanaman.
Pembersihan air secara teratur pada tumbuhan sangat dianjurkan, terutama pada ketika tumbuhan berbunga dan berbuah. Kebutuhan air akan meningkat pada ketika mendekati pemasakan buah. Jika pada ketika buah itu tumbuhan kekurangan air, buah akan berkerut dan jatuh sebelum masak.
Pemangkasan tumbuhan diharapkan untuk menumbuhkan tunas-tunas gres tempat dimana bunga akan muncul. Kegiatan ini dilakukan segera sehabis selesai panen.
Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan tumbuhan diperkirakan antara 15 – 18 HOK per ha per tahun tergantung dari umur tanaman.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Tanaman markisa sangat rentan terhadap nematoda, khususnya yang jenis ungu (edulis), sedangkan yang kuning (flavicarpa) cukup resisten. Serangan nemotoda akan mempercepat selesai hidup tanaman. Selain nematoda, beberapa jenis penyakit ibarat Fusarium Wilt (Fisarium oxysporum f. sp. Passiflrae). Phytophthora Blight (Phytopthora nicotianae) dan bercak coklat (Alternaria passiflorse) serta hama bekicot yang sanggup berkembang baik di tempat dingin, juga menyerang tumbuhan ini. Beberapa jenis pestisida yang banyak dipakai antara lain yaitu insektisida : Perfekthion 400 EC, Tiodan 35 EC dan Rhocap 10 G, fungisida : Dithane M 45 dan Vitigran Blue serta nemotocida : Nemacur 400 R. Kebutuhan tenaga kerja diubahsuaikan dengan kondisi serangan hama penyakit, namun demikian secara normal diperkirakan antara 20 – 25 HOK per ha per tahun.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah sehabis berumur 9 – 10 bulan, sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal, yaitu sekitar 7 bulan. Warna buah yang pada mulanya berwarna hijau muda, akan menjelma ungu renta (edulis) atau kuning (flavicarpa) ketika masak. Sejak pembungaan diharapkan waktu 70 – 80 hari untuk menjadi buah masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Untuk mendapat kualitas sari buah yang baik, buah markisa harus dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah markisa ungu memiliki rasa lebih elok dan beraroma lebih besar lengan berkuasa dari pada markisa kuning. Kandungan karbohidrat dan asam-asam organik kedua jenis markisa tersebut sanggup dilihat pada Tabel 3.
Produksi markisa ungu dari perkebunan rakyat bervariasi antara 5 – 10 ton ha per tahun, padahal produksi tersebut sanggup ditingkatkan hingga 15 ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara markisa kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas, produksi markisa diharapkan akan meningkat antara 20 – 30 ton per ha per tahun
Sumber :
1. Jagtiani, J H.T Chan Jr and W.S Sakai 1988. Tropical Fruit Processing. Academic Press. Inc San Diego, California, USA.
2. Ashurst, P. R 1995 Food Flavourings Blackie Academic & Professional. Bishopbriggs, Glascow, UK.
Pasca Panen
Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar atau sari buah berbeda. Buah markisa termasuk buah klimaterik, untuk itu kalau buah tersebut akan dijual sebagai buah segar, sebaiknya buah panen pada ketika persentase warna ungu mencapai 50 – 70% dan disisakan tangkai buah ± 3 cm. Buah tersebut harus dijaga kenampakan kulit buahnya, yaitu tetap mulus, tidak berkeriput. Buah markisa sanggup disimpan selama 4 – 5 ahad pada suhu 70C dan kelembaban nisbi 85 – 95% tanpa merusak kualitasnya. Pada umumnya dalam 1kg markisa terdapat 20 – 25 buah.
Untuk mengekspor buah segar, grading buah didasarkan pada diameter buah, yaitu :
- § Ukuran kecil : 48 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 50 mm
- § Ukuran sedang : 36 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 65 mm
- § Ukuran besar : 24 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 80 mm
Ukuran menghasilkan sari buah markisa yang berkualitas baik, buah harus dipanen masak. Buah sebaiknya dipanen minimal pada ketika kematangan mencapai 75% akan lebih baik kalau buah dipanen masak, tetapi buah yang dipanen masak yaitu tang telah jatuh dari tangkainya akan cepat mengalami penurunan kadar air, sehingga kulitnya menjadi keriput. Namun demikian kondisi sari buahnya tetap tidak berubah. Dari 100 kg buah sanggup dihasilkan sekitar 40 kg sari buah yang masih berbiji (pulp) atau 30 kg sari buah.
Pengolahan sari buah markisa cukup sederhana, sehingga sanggup dilakukan oleh home industry. Tetapi untuk tujuan ekspor, industri markisa harus sanggup menjaga kualitas dan hiegenis bahan. Hal ini belum sanggup dilakukan oleh home industry. Ekspor yang dilakukan di Sulawesi Selatan yaitu dalam bentuk sari buah yang masih tercampur buahnya (pulp). Proses ini cukup sederhana, yaitu buah markisa di belah dua, disendok pulp nya lalu dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan eksklusif dibekukan (block quick freeze), lalu di simpan di dalam cold storage selama menunggu pengapalan untuk diekspor.